Sunday, 9 September 2018

Makalah Gagal Jantung


KONSEP DASAR

A.    Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Brunner & Suddarth, 2001: 805). Menurut (Mansjoer, 2005: 434) gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Sedangkan menurut (Muttaqin, 2009: 196) gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Pendapat lain dikemukakan oleh (Gray, 2008: 81) gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah suatu keadaan dimana ketidakmampuan jantung untuk memompa darah sehingga kebutuhan metabolisme jaringan tidak terpenuhi.
B.     Etiologi
Penyebab gagal jantung kongestif menurut (Brunner & Suddarth, 2001: 806) antara lain yaitu:
1.      Kelainan otot jantung
Kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2.      Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi mikoardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis. Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3.      Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4.      Peradangan dan penyakit miokardium
Kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

C.    Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari gagal jantung kongestif menurut (Brunner & Suddarth, 2001: 806) adalah meningkatnya volume intravaskuler, peningkatan tekanan vena pulmonalis, peningkatakan tekanan vena sistemik, dan penurunan curah jantung.
Sedangkan tanda dan gejala dari gagal jantung kongestif menurut (Ruhyanudin, 2007: 91) adalah:
1.      Gagal jantung kiri, meliputi: dispnea, batuk, mudah lelah, gelisah dan cemas.
2.      Gagal jantung kanan, meliputi: edema, pitting edema, hepatomegali, anoreksia, dan nokturia.

B.     Komplikasi
Komplikasi gagal jantung kongestif menurut (Brunner & Suddarth, 2001: 813) adalah syok kardiogenik, episode tromboemboli, efusi perikardium dan temponade perikardium.

C.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada gagal jantung kongestif menurut (Mansjoer, 2005: 435) sebagai berikut:
1.      Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian O2 dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
2.      Memperbaiki kontraktilitas otot jantung.
3.      Menurunkan beban jantung.
D.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk gagal jantung kongestif menurut (Muttaqin, 2009: 217-220) antara lain: ekokardiografi, rontgen dada dan elektrokardiografi.

E.     Konsep Keperawatan
1.      Fokus Pengkajian
Pengkajian pada pasien gagal jantung kongestif menurut (Doenges, 2002) meliputi pertama, aktivitas atau istirahat dengan gejala keletihan atau kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat, dan tandanya adalah gelisah, perubahan status mental; letargi, tanda-tanda vital berubah pada aktivitas.
Kedua, sirkulasi dengan gejala riwayat hipertensi, anemia, endokarditis, oedema pada kaki, dan tandanya adalah tekanan darah makin rendah, nadi mungkin sempit, irama jantung distritmia, bunyi nafas ronchi, warna kebiruan, pucat.
Ketiga, integritas ego dengan gejala ansietas, dan tandanya adalah berbagai manifestasi perilaku. Keempat, eliminasi dengan gejala penurunan berkemih, urine berwarna gelap, nokturia.
Kelima, makanan atau cairan dengan gejala kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, dan tandanya adalah penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen.
Keenam, hygiene dengan gejala keletihan atau kelemahan selama aktivitas perawatan diri, dan tandanya adalah penampilan menandakan kelalaian perawatan personal. Ketujuh, neurosensori dengan gejala kelemahan, pening, dan tandanya adalah letargi, kusut pikir, disorientasi.
Kedelapan, nyeri atau kenyamanan dengan gejala nyeri dada, angina akut atau kronik, dan tandanya adalah tidak tenang, gelisah. Kesembilan, pernafasan dengan gejala dispnea saat aktivitas, dan tandanya adalah pernafasan takipnea, nafas dangkal, batuk kering, sputum mungkin bersemu darah, bunyi nafas mungkin tidak terdengar, fungsi mental gelisah, letargi, warna kulit pucat dan sianosis.
Kesepuluh, keamanan dengan gejala perubahan dalam fungsi mental, kehilangan tonus otot. Kesebelas, interaksi sosial dengan gejala penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
2.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Wilkinson (2007) diagnosa keperawatan pada pasien gagal jantung antara lain yaitu pertama, intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen. Kedua, kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung. Ketiga, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi, dan keempat, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler.
3.      Intervensi Keperawatan
Menurut Doenges (2000) dan Wilkinson (2007) fokus intervensi keperawatan pada pasien gagal jantung adalah diagnosa pertama yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen. Tujuan dan kriteria hasilnya yaitu klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri. Intervensinya antara lain periksa tanda-tanda vital dengan rasionalisasi meninjau keadaan umum pasien. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas dengan rasionalisasi penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas dengan rasionalisasi dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas. Implementasi program rehabilitasi jantung dengan rasionalisasi peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung.
Diagnosa kedua yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung. Tujuan dan kriteria hasilnya yaitu klien akan mendemonstrasi volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran. Intervensinya antara lain pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat diuresis dengan rasionalisasi pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam dengan rasionalisasi terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) dengan rasionalisasi untuk menjaga keseimbangan cairan. Konsultasi dengan ahli diet dengan rasionalisasi perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori.
Diagnosa ketiga yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi. Tujuan dan kriteria hasilnya yaitu klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan. Intervensinya antara lain pantau bunyi nafas dengan rasionalisasi adanya pengumpulan sekret. Ajarkan atau anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam dengan rasionalisasi membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen. Dorong perubahan posisi dengan rasionalisasi membantu mencegah atelektasis dan pneumonia. Kolaborasi dalam pantau atau gambarkan seri GDA (Gas Darah Arteri) dengan rasionalisasi hipoksia dapat terjadi berat selama edema paru. Berikan obat atau oksigen sesuai indikasi dengan rasionalisasi menunjukkan adanya perbaikan atau tidak adanya gejala distress pernafasan.
Diagnosa keempat yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler. Tujuannya adalah pola nafas pasien efektif, dengan kriteria hasil yaitu kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal, nafas pendek tidak ada, dan tanda-tanda vital berada pada rentang normal (TD: 140 mmHg, nadi: 120-140x/menit, respirasi: 36-40x/menit, suhu: 36-37°C).  Intervensinya antara lain kaji kepatenan jalan nafas dan respirasinya dengan rasionalisasi mengetahui tingkat keadekuatan. Baringkan klien di tempat rata, kepala dimiringkan dengan rasionalisasi memperlancar pernafasan. Anjurkan pada keluarga untuk tidak mengenakan pakaian pada klien yang mengganggu pernafasan dengan rasionalisasi untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen dan obat anti kejang dengan rasionalisasi menstabilkan jalan nafas efektif.

No comments:

Post a Comment

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...