makalah Appendisitis
Tinjauan Teori
1. Appendisitis
a.Pengertian
Appendiks sering disebut dengan umbai cacing. Kebanyakan masyarakat menyebutnya usus buntu hal tersebut kurang tepat karena sebenarnya ususs yang buntu adalah sekum. Peradangan Akut pada appendik segera memerlukan tindakan bedah untuk mencegah komplikasi berbahaya yang dapat ditimbulkan (Sjamsuhidayat ,2004 ).
Appenditits merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada vermiforis. Sehingga merupakan penyakit yang paling sering memerlukan pembedahan kedaruratan .Appendisitis dapat mengenai laki laki ataupun perempuan. Tetapi lebih banyak mengenai pada laki laki pada usia pubertas sampai 25 tahun. Apabila tidak ditangani dengan segera maka akan berakibat fatal ( Kowalak, 2011).
Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat appenndik dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau laparoskopi (Smeltzer,2002).
b.Etiologi
Appendisitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan lumen appendiks yang dianggap sebagai pencetus selain hiperplasia jaringan limfe,fekalit,tumor apendiks dan dapat disebabkan oleh cacing askaris yang dapat menimbulkan sumbatan. Selain faktor diatas juga ada faktor lain yang menjadi penyebab dari appendisitis yaitu erosi mukosa appendiks karena adanya parasit seperti E.histolitica. Appendik juga dapat disebabkan karena kebiasaan makan makanan yang rendah serat sehingga dapat menimbulkan konstipasi dan hal tersebut dapat memepengaruhi terhadap timbulnya appendisitis. Kosntipasi dapat menimbulkan naiknya tekanan intrasekal yang dapat mengakibatkan timbulnya sumbatan fungsional appendiks serta meningkatkan pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Sehingga dapat mempermudah terjadinya appendisitis ( Sjamsuhidayat,2004 ).
c.Patofisiologi
Appendisitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan lumen appendiks yang dianggap sebagai pencetus selain hiperplasia jaringan limfe,fekalit,tumor apendiks dan dapat disebabkan oleh cacing askaris yang dapat menimbulkan sumbatan. Selain faktor diatas juga ada faktor lain yang menjadi penyebab dari appendisitis yaitu erosi mukosa appendiks karena adanya parasit seperti E.histolitica. Appendik juga dapat disebabkan oleh kebiasaan makan makanan yang rendah serat sehingga dapat menimbulkan konstipasi dan hal tersebut dapat memepengaruhi terhadap timbulnya appendisitis. Kosntipasi dapat menimbulkan naiknya tekanan intrasekal yang dapat mengakibatkan timbulnya sumbatan fungsional appendiks serta meningkatkan pertumbuhan kuman flora kolon biasa.
Peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendik akan mengakibatkan terjadinya nekrosis dan inflamasi pada appendiks.Sehingga pada keadaan tersebut akan menimbulkan nyeri pada area periumbilikal. Adanya proses inflamasi yang berkelanjutan maka terjadi pembentukan eksudat pada permukaan serosa appendiks. Pada saat eksudat berhubungan dengan pariental peritoneum, maka intesitas nyeri yang khas akan terjadi.Peningkatan obstruksi yang terjadi maka bakteri akan berpoliferasi sehingga meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada dinding apendik yang disebut sebagai appendiks mukosa. Penurunan perfusi pada dinding apendik akan menimbulkan iskemia dan nekrosis disertai dengan adanya peningkatan tekanan intraluminal yang disebut Appendisitis nekrosis. Pada respon perlawanan bakteri dalam proses fagositosis akan menimbulkan nanah atau abses yang terdapat pada lumen appendik maka disebut Appendisitis supuratif. Pada tubuh sebenarnya juga melakukan perlawanan terhadap bakteri untuk mencegah proses perdangan dengan cara menutp appendik dengan omentum dan usus halus sehingga terbentuk massa periappendikular dan jika terjadi nekrosis di dalamnya maka akan menimbulkan perforasi. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri yang masuk pada rongga perut akan mengakibatkan peritonitis atau inflamasi pada permukaan peritoneum.Perforasi appendik dengan adanya abses akan menimbulkan nyeri hebat pada bagian abdomen kanan bawah (katz( 2009), santacroce(2009),tzanakis(2005) dikutip Mutaqin,2011 & Sjamsuhidayat ,2004 ).
a.Komplikasi
Komplikasi menurut Deden & Tutik (2010 ) yaitu :
1). Perforasi appendiks
Tanda – tanda perforasi yaitu meningkatnya nyeri,meningkatnya spasme dinding perut kanan bawah, ileus,demam,malaise, dan leukositisis.
2). Peritonitis Abses
Bila terbentuk abses appendik maka akan teraba massa pada kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung pada rektum atau vagina. jika terjadi perintonitis umum tidakan spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi tersebut.
3). Dehidrasi.
4). Sepsis.
5). Elektrolit darah tidak seimbang.
6). Pneumoni.
b.Manifestasi klinis.
Manifestasi Klinis menurut Lippicott williams &wilkins (2011) yaitu :
1). Nyeri periumbikial atau epigastik kolik yang tergeneralisasi maupun setempat,anoreksia,mual muntah.
2). Nyeri setempat pada perut bagian kanan bawah.
3). Regiditas abdominal seperti papan.
4). Respirasi retraktif.
5). Rasa perih yang semakin menjadi.
6). Spasma abdominal semakin parah.
7). Rasa perih yang berbalik ( menunjukan adnya inflamasi peritoneal ).
8). Gejala yang minimal dan samar rasa perih yang ringan pada pasien lanjut usia.
f. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis menurt sjamsuhidayat 2004 yaitu :
Apabila diagnosa sudah ditegakkan maka tindakan yang paing tepat dilakukan adalah appendiktomi. Appendiktomi merupakan pembedahan untuk mengangkat appedik yang dilakukan untuk meurunkan perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan secara terbuka atau laparoskopi. Appendiktomi terbuka dillakukan insisi McBurnney yang biasanya dilakukan oleh para ahli. Pada appendissitis yang tanpa komplikasi maka tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada appendisitis perforata. Penundaan tindakan bedah yang diberikan antibiotik dapat menimbulkan abses atau perforasi. Terapi Farmakologis preoperatif antibiotik untuk menurunkan resiko infeksi pascabedah.
2) Appendiktomi
a. Pengertian
Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat appenndik untuk sesegera mungkin dilakukan guna menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau laparoskopi (Smeltzer,2002).
Appendiktomi dapat dilakukan pembedahan secara terbuka maupun laparoskopi. Appendiktomi secara terbuka dilakukannya insisi mcBurney yang paling banyak dilakukan oleh ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas perlu dilakukan observasi dulu dengan pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi. Bila masih ada keraguan dapat dilakukan laparoskopi diagnostik untuk mengetahui perlu tindakan operasi atau tidak. Laparotomi juga dapat dilakukan dengan insisi panjang supaya dapat dilakukannya pencucian organ peritoneum dari pus maupun fibrin secara mudah. Laparoskopi juga dapat dilakukan dalam pengelolaan appendisitis perforasi secara laparoskopi appendiktomi,rongga abdomen dapat dibilas secara mudah. Hasilnya tidak berbeda dibanding laparotomi terbuka,tetapi keuntungannya lama rawatnya lebih pendek dan secara kosmetik lebih baik (Sjamsuhidayat,2004).
A. Tinjauan Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Idenntitas.
1). Identitas pasien post apendikitis yang menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, kebanyakan terjadi pada laki – laki, umur 20 – 30 tahun, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis, nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian.
2). Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan utama pada saat dikaji, pasien dengan post operasi appendisitis paling sering di temukan adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan pasien seperti diremas remas ataupun rasa nyeri seperti ditusuk tusuk.
c. Riwayat keseehatan sekarang ditemukan saat pengkajian,yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan pada saat dikaji pasien yang telah menjalani operasi appendisitis pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi. Nyeri akan bertambah jika digunakan untuk bergerak dan nyeri yang dirasakkan seoerti ditusuk tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima ( 0 – 10 ).
d. Riwayat kesehatan dahulu berisi tentang pengalaman penyakit sebelumnya,apakah berpengaruh pada penderita penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedhan sebeluumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien, dikaji pula mengenai penyakit keturunan dan menular lainnya.
2. Pengkajian pola gordon
a. Pola menejemen kesehatan – persepsi kesehatan
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi apabila sakit periksake dokter,periksa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
b. Pola metabolik nutrisi
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi porsi makanan tidak habis, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, mual, muntah dan kenaikan suhu tubuh.
c. Pola eliminasi
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi BAK dan BAB tidak mengalami gangguan pada pasien post operasi appendikitis.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi mudah berkeringat saat melakukan aktivitas, mengalami gangguaan melakukan aktivitas secara mandiri.
e. Pola istirahat Tidur
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi istirahat tidur tidak mengalami gangguan pada pasien post operasi appendisitis.
f. Pola Persepsi kognitif
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi fungsi indra penciuman, pendengaran, pengelihatan, perasa, peraba tidak mengalami gangguan, pasien merasakan nyeri,pasien mengetahui penyakit yang dialaminya akan segera sembuh dengan dilakukan pengobatan medis yang sudah didapatkannya.
g. Pola konsep diri dan persepsi diri
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi pasien cemas tentang penyakitnya, pasien percaya diri, pasien berharap penyakitnya segera sembuh dengan pengobatan medis.
h. Pola Hubunga peran
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi interaksi dalam rumah, linngkungan tidak mengalami gangguan.
i. Pola Reproduksi dan seksualitas
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi fungsi reproduksi dan seksualitas tidak ada gangguan .
j. Pola Toletansi terhadap Stress - koping
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi emosi stabil, sabar dalam proses pengobatan.
k. Pola Keyakinan Nilai
Pada pasien appendisitis dengan post appendiktomi dapat melaksanakan ibadah agama yang dianutnya dengan kemampuan yang dapat dimilikinya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pada pasien post operasi appendiitis mencapai kesadaran penuh,keesadaran menunjukan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan menggalami kesakitan pada pasien yang mengalami perforrasi appendik
1) Hasil pemeriksaaan Head to toe
a) Kepala : mesocepal, rambut mengalami kerontokan.
b) Mata : simetris kanan dan kiri,konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,tidak mengalami gangguan
c) Hidung: fungsi penciuman baik pada pasien post appendikitis tidak mengalami gangguan.
d) Mulut : mukosa pucat,tidak ada stomatitis.
e) Telinga fungsi pendengaran baik, leher kelenjar thyroid tidak mengalam pembesaran
f) Dada
Inspeksi : tidak menggunaka otot bantu nafas
Palpasi : pengembangan paru sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan, vesikuler
g) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : s1 s2 teratur, tunggal
h) Abdomen
Inspeksi : terdapat luka post operasi di bagian perut bagian bawah.
Auskultasi : peristaltik usus menurun.
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
Perkusi : tympani, pada bagian luka tidak dilakukan perkusi
i) Ekstremitas
Ekstremitas atas : Tidak terjadi gangguan fungsi gerak pada ekstermaitas atas.
Ekstremitas bawah : Tidak terjadi gangguan fungsi gerak pada ekstremitas bawah.
j) Genetalia
Tidak terpasang Dower Cateter, bersih, tidak ada nyeri.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi kuman pada luka operasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan yang adekuat.
d. Intoleansi aktifitas b.d kelemahan fisik pasca operasi
e. Kecemasan pemenuhan informasi b.d Kesiapan meningkatkan pengetahuan penatalaksanaan pengobatan.
5. Intervensi
a. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan d insisi pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
- Nyeri berkurang
- Menunjukan ekspresi wajah tampak releks
- Menunjukan tingkat kenyamanan
Intervensi : 1. Mengkaji skala nyeri
Rasional : pendekatan komprehensif untuk menentukan intervensi
2. Ajarkan tehnik relaksasi pada saat nyeri
Rasional : Dapat menurunkan stimulus nyeri
3. Memberikan lingkungan yang tenang
Rasional : Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri
4. Mendorong untuk melakukan ambulasi dini
Rasional :Untuk menormalisasi funsi organ untuk merangsang peristaltik dan flatus
5. Memberikan posisi nyaman
Rasional: Dapat mengurangi ketegangan pada insisi abdomen sehingga dapat mengurangi nyeri
6. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab nyeri dan lama nyeri akan berlangsung
Rasional: Pengetahuan yang akan dirasakan akan mengurangi nyeri dan pemahaman tentang penanganan dalam asuhan keperawatan
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obatanal getik
Rasional : Analgetik akan mengurangi rasa nyeri.
b. Diagnosa II : Resiko tinggi infeksi b.d infasi kuman pada luka operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi tanda – tanda infeksi
- Melaporkan tanda dan gejala infeksi
- Menunjukan hygiene yang adekuat
Intervensi : 1. Kaji tanda tanda infeksi
Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka
2.Menjaga kebersihan kondisi balutan
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi
3.Melakukan medikasi perawatan pada luka operasi
Rasional : Untuk mencegah infeksi dari kontaminasi kuman keluka bedah
4. Anjurkan kepada pasien adan keluarga untuk menjaga kebersihan luka
Rasional : supaya tidak terjadi infeksi
5.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional : antibiotik untuk mencegah infeksi pada luka
c.Diagnosa III : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.dkurangnya asupan makanan yang adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan maka di jarapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Asupan makanan adekuat
- Mempertahankan berat badan dalam batas normal.
Intervensi : 1. Observesi mual muantah
Rasional : mengetahui keadaan pasien
2.Mengkaji makanan kesukaan pasien
Rasional : Meningkatkan selera makan pasien
3.Menganjurkan makan porsi sedikt tapi sering
Rasional : menjaga terpenuhinya asupan makanan pada tubuh
4.Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan cara memenuhinya
Rasional : Mengetahui pentingnya kebutuhan nutrisi untuk tubuh
5.Kolabirasi dengan ahli gizi
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada klien.
d. Diagnosa VI : Intoleansi aktifitas b.d kelemahafisik pasca operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperaawatan maka diharapkan terpenuhinya kebutuhan pasien secara mandiri
Krieria hasil :
- Terpenuhinya kebutuhaan pasien.
- Pasien mampu melakukan aktivitas.
- Mentoleransi aktivitas yang bisa dilakukan.
- Berpartisipasi pada aktivitas fisik.
Intervensi :
1. Kaji reson emosi,sosial,spiritual
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien
2. membatu memenuhi kebutuhan pasien
Rasional : untuk membatu memenuhi kebutuhaan pasien
3. menganjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pasien
Rasional : kebuthan pasien tepenuhi
4. Hindri menjadwalkan aktivias perwaan selama periode istirahat
Rasional : agar istirahat teerpenuhi
5. Kolaborasi dengan ahli okupasi untuk membantu progrram aktivita
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
e.Diagnosa IV : Kecemasan pemenuhan informasi b.d Kesiapan meningkatkan pengetahuan penatalaksanaan pengobatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan maka diharapkan pasien dan keluarga mengetahu tentang penyakit dan lama penyembuhannya.
Kriteria hasil :
- Kecemasan berkurang.
- Menunjukan kemempuan pada pengetahuan dan keterampilan baru.
- Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
Intervensi : 1. Mengobservasi tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2. Menganjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan keadaan yang dirasakan
Rasional : Mengetahui keadaan dan perasaan klien dan dapat memberikan informasi yang tepat tentang proses keperawatan yang akan di terima.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pemahaman penyakitnya
Rasional : Membantu pasien untuk mengetahui dan memahami penyakitnya.
4. Menganjurkan pasien untuk melakukan pengalihan perhatian sesuai kemampuan
Rasional : Untuk mengurangi rasa cemas pada pasian
6. Implementasi
Kegiatan atau serangkaian tindakan yang dilakukan perawat untuk membantu klien dalam masalah kesehatan yang dihadapi klien yang sebelumnya telah disusun pada rencana keperawatan. ( Nursalam,2011)
7. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi frmatif disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif disebut juga evaluasi hasil,evaluasi akhir. Evaluasi disisini dilakukan pada akhir tindakan dan menjadi metode dalam memonitor kualitas dan efisien tindakan yang diakukan. Bentuk evaluasi menggunakan format SOAP . ( Nursalam,2011)
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta Kimberly. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dermawan deden,S.kep.Ns & Tutik Rahayuningsih,S.Kep.Ns.2010.Keperawatan Medikal Bedah Sisttem Pencernnaan.Yogyakarta:Gosyen publising.
Grace, pierce A.2007.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta:Erlangga.
Herdman heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Judith M. Wilkinson. Nancy R, Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kowalak Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mutaqin,Arif & Kumala Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:Salemba Medika.
Nursalam.2003.Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Reksoprojo,Soelarto (ed).2010.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta:Binarupa Aksara
Sjamsuhidayat,R & Wim,de Jong (ed).2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC.
Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah. Dari Burnner& Suddarth. Alih Bahasa Yasmin Asih. Volume 1. Jakarta :EGC.
William,Lippicott&Wilkins.2011.Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit.Jakarta: Indeks Permata Puri Media.
Depkes RI.2008.Kasus Apendisitis.diakses dari : http://www.artikkelkedokteran.com/arsip/kasus-appendisitis-di-indonesia-pada-tahun-2008.html.
No comments:
Post a Comment