Monday 17 September 2018

Makalah Asma


TINJAUAN PUSTAKA

A.  TINJAUAN TEORI
1.        Pengertian Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan peran beberapa sel (sel mast, eosinophils dan limphosit T). ( Wong , 2009).
Penyakit asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas yang reversible yang ditandai dengan bronkospasme, inflamasi dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala berupa sesak nafas, batuk – batuk dari ringan sampai berat dan timbulnya suara mengi (Wheezing) ( Suriadi,  2010).
2.        Etiologi
Menurut Soemantri ( 2008 ) etiologi asma di bagi menjadi dalam kategori :
1)      Faktor ekstrinsik reaksi antigen - antibodi, karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk,bulu-bulu binatang, spora jamur, dan tepung sari rerumputan).
2)      Faktor intrinsik
a.    Infeksi             : Influenza virus, pneumonia, mycoplasma,
b.     Fisik                : Cuaca dingin, perubahan temperatur.
c.    Emosional        : Takut, cemas, dan tegang.
3)      Iritan kimia, Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
4)      Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
5)      Obat - obatan.
3.        Patofisiologi
Inflamasi berperan dalam peningkatan reaktifitas jalan napas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan napas cukup beragam, dan peran setiap mekanisme tersebut bervariasi dan satu anak ke anak lain serta selama perjalanan penyakit. Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin.
Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus  dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik.
Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis (Wong, 2009)


1.        Komplikasi
Menurut ( Linda, 2008 ) Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a)    Status asmatikus
b)   Bronkitis kronis
c)    Hipoksemia
d)   Pneumothoraks
e)    Deformitas thoraks
2.        Pemeriksaan penunjang
Menurut (Nelson, 2013), pemeriksaan penunjang pada pasien asma adalah:
1)   Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a)      Kristal - kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
b)      Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c)      Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
2)   Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a)      Gas analisa darah
 Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
b)      Kadang - kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c)      Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
d)      Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e)      Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3)    Foto rontgen
Pemeriksaan foto rontgen pada serangan asma menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a)      Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b)      Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang    bertambah.
c)      Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
3.        Manajemen Medik Secara Umum
1)   Prinsip Umum Pengobatan
Menurut (Nelson, 2013) Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
a)      Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
b)      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
c)      Mengurangi kontak iritan non – spesifik seperti asap tembakau dan bau keras seperti cat basah dan densifektan,dan dengan menghindari minum es.
d)     Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
2)   Pengobatan
Menurut ( Nelson, 2013 ) pengobatan pada asma bronkhial terbagi dua, yaitu:
a)      Pengobatan non farmakologik
(1)   Memberikan penyuluhan
(2)   Menghindari faktor pencetus
(3)   Fisioterapi
(4)   Beri O bila perlu
b)      Pengobatan farmakologik
(1)   Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a)        Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b)        antin (teofilin)
Nama obat      : Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex).
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
(2)       Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
(3)   Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
A.  TINJAUAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian data dasar.
Data- data yang perlu dikaji menurut Dongoes (2009 )adalah :
a)    Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, penanggung jawab, dll
b)                Riwayat kesehatan   :
1)   keluhan utama
2)   Riwayat kesehatan sekarang
3)   Riwayat Kesehatan lalu
4)   Riwayat Kesehatan Keluarga
c)                 Aktifitas/istirahat
Gejala :
1)         Keletihan, kelelahan, malaise.
2)        Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas setiap hari sulit bernapas.
3)        Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi fowler.
Tanda :
1)        Keletihan
2)        Gelisah, insomnia.
3)        Kelemahan umum/kelihan massa otot
d)                Sirkulasi
Gejala :  Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
1)         Peningkatan TD.
2)         Peningkatan frekwensi jantung, distripana.
3)        Bunyi jantung redup berhubungan dengan peningkatan anterior posterior dada.
4)        Warna kulit / membran mukosa, normal atau abu-abu strepsionosis.
e)                 Makanan / cairan
Gejala :
1)         Mual / muntah.
2)         Nafsu makan buruk/anoreksida.
3)        Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
Tanda :
1)        Kulit baik.
2)        Berkeringat
3)        Penurunan massa otot / lemak subkutan
4)        Aktifitas abdominal dapat menyatakan hepatomegali.
f)                 Pernapasan
Gejala :
1)        Napas pendek, rasa dada tertekan.
2)        Ketidakmampuan untuk bernapas.
3)        Bentuk menetap oleh produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun.
4)        Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini, meskipun dapat menjadi produktif.
5)        Faktor keluarga dan keturunan.
Tanda :
1)        Pernapasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang/mendengkur napas bibir.
2)        Bunyi napas redup dan ekspirasi menyebar, lebut atau krekels lembab kasar, ronhi, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dada.
3)        Perkusi : Hipersonan pada area paru, bunyi pekak pada area paru, (seperti konsolidasi, cairan mukosa).
4)        Warna : Pucat dan sianosis bibir dan dasar kuku abu-abu keseluruhan.
g)                 Keamanan
Gejala :
1)        Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.
2)        Adanya / berulangnya infeksi.
3)        Kemarahan / berkeringat.
h)                 Konsep Perkembangan
Perkembangan kognitif pada anak umur 2-7 tahun menurut Piaget adalah dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya ke arah benda tersebut ( Hockenberry M and Wilson D , 2008 )
2.      Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan asma, antara lain :
a)      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme (Nanda, 2013)
b)      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, yang dibuktikan oleh dispnea, bingung, dan gelisah (Doenges, 2009)
c)      Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun (Nanda, 2013)
d)      Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas (Doenges, 2009).

3.      Intervensi Keperawatan
a)         Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
1)      Batasan karakteristik:
a)      Tidak ada batuk
b)      Suara napas tambahan
c)      Perubahan frekwensi napas, Perubahan irama napas
d)     Sianosis
e)      Sputum dalam jumlah yang berlebihan
f)        Batuk yang tidak efektif
2)      Faktor yang berhubungan:
a)      Lingkungan:
(1)   Perokok pasif
(2)   Menghisap asap
b)      Obstruksi jalan napas:
(1)   Spasme jalan napas
(2)   Mokus adalam jumlah berlebihan
(3)   Sekresi bertahan/sisa sekresi
c)      Fisiologis:
(1)   Jalan napas alergik
(2)   Asma
(3)   Penyakit paru obstrutif kronik
 (5) Infeksi
3)      Tujuan & kriteria hasil (NOC):
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan kebersihan jalan napas kembali normal.
Kriteria hasil:
a)      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah.
b)      Menunjukkan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa terceki, irama napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal ).
c)      Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapatmenghambat jalan napas.
4)      Intervinsi ( NIC ):
a)      Monitor respirasi dan status oksigenasi
Rasional: Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
b)      Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental
c)      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan cara semi fowler
Rasional: Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
d)     Aukskultasi suara napas
Rasional: Untuk mencatat adanya suara tambahan
e)      Berikan oksigenasi dengan nasal
Rasional: Untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
b)        Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan oleh  bingung, dan gelisah.
1)      Tujuan & kriteria hasil (NOC):
Tujuan                   : Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
Kriteria hasil          : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
2)      Intervensi keperawatan
Tabel 1.1
Intervensi dan Rasionalisasi Kerusakan Pertukaran Gas

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji/awasi secara rutin kulitdan membran mukosa.


Palpasi fremitus


Awasi tanda vital dan irama jantung.




Posisikan klien pada posisi yang nyaman.

Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasilGDA dan toleransi pasien.

Melihat adanya sianosis perifer atau sentral. Sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan/udara.

Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Untuk meningkatkan pertukaran gas yang optimal.

Memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia
Sumber : Doengoes (2009).
3)      Rasional: Untuk mencatat adanya suara tambahan
c)         Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
1)      Batasan karakteristik:
a)      Nyeri abdoment
b)      Menghindari makanan
c)      Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badah ideal
d)     Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
2)      Faktor yang berhubungan:
a)      Faktor biologis
b)      Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
c)      Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
d)     Ketidakmampuan untuk menelan makanan
e)      Faktor psikologis
3)      Tujuan & kriteria hasil (NOC):
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi pasien terpenuhi dan adanya peningkatan berat badan.
Kriteria hasil:
a)      Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b)      Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c)      Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d)     Tidak ada tanda - tanda malnutrisi
e)      Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
4)      Intervensi (NIC):
a)      Kaji adanya alergi makanan
Rasional: Menghindari makanan yang membuat alergi
b)      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Rasional: Untuk takaran gizi yang sesuai
c)      Monitor adanya mual dan muntah
Rasional: Untuk mengidentifikasi intervensi yang diperlukan oleh pasien
d)     Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional: Untuk mengetahui intake yang masuk kedalam tubuh.

e)      Monitor adanya penurunan berat badan
Rasional: Dengan menimbang berat badan bapat mengetahui apakah ada perubahan dalam pemenuhan nutrisi
d)        Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas.
1)      Tujuan : Mencegah komplikasi dan memburuknya keadaan anak.
2)      Kriteria hasil :
a)      Anak / keluarga akan dapat mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
b)      Anak / keluarga akan memperlihatkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
3)      Intervensi keperawatan :
Tabel 1.2
Intervensi dan Rasionalisasi Resiko Tinggi Infeksi
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Awasi suhu


Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat


Kolaborasi
Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, atau kultur/sensitifitas.

Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

Untuk mengidentifikasi organisme penyabab dan kerentanan terhadap berbagai anti mikrobial.
Sumber : Doengoes (2009).
Daftar Pustaka

Sidhartini, M (2007). Peran Edukasi Pada Penatalaksanaan Asma Pada Anak. Semarang: ISBN.

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar Keperawatan  Pediatric. Jakarta: EGC

Depkes,RI.(2009).Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular Kemenkes RI.

Global Initiative in  Asthma  (GINA,  2011). Pocket Guide  For Asthma Management And Prevension In Children. Di akses melalui www.Ginaasthma.org. Tanggal 10 Februari 2012.

National Center for Health Statistic. (2008). Current Asthma. USA: Centers for Disease Control and Prevention. Diperoleh tanggal 1 Maret 2012. http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/su6001a18.htm

Doengoes, M.E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa: I Made   Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.

NANDA. 2013. Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa: Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti . Jakarta: EGC

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Soemantri, Irman.2008. Asuhan keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan Edisi 2.Jakarta : Salemba Medika.

Hockenberry M and Wilson D. 2008. Pediatric Nursing. ISBN.
Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta: EGC
Carly Iyan Betz, Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediattric. Alih Bahasa: Eny Meliya, S.Kp, MM. Jakarta: ECG.
Edward Ringel. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: Indeks.
James Nelson Ashwill. 2013. Nursing Care Of Children. Jakarta : Elselvier

No comments:

Post a Comment

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...