Saturday, 15 September 2018

Makalah DM (Diabetes Mellitus)


TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
a.  Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Keperawatan Medikal Bedah smelzer & suzanne 2000).
b. Ulkus pedis
     Ulkus pedis adalah kondisi medis yang ditandai dengan luka cekung yang lama, tidak menyembuh, dalam dengan pembengkakan dan berbatas tegas. Hal ini merupakan tanda umum dari diabetes yang tidak terkontrol pada penderita baik diabetes melitus tipe 1 atau tipe 2. Pada pasien diabetes cenderung terjadi penyakit arteri perifer, suatu kondisi dimana terjadi penyumbatan pembuluh darah di tungkai dan neuropati perifer, suatu kondisi dimana terjadi kerusakan saraf-saraf pada tungkai akibat kadar gula darah yang tinggi. Dua kondisi ini seringkali merupakan komplikasi akibat diabetes dengan pengendalian yang buruk. Neuropati perifer dapat menyebabkan berkurangnya sensasi pada kaki. Oleh karena itu, penderita diabetes yang tidak terkontrol mungkin tidak merasakan adanya jejas atau abrasi pada tungkai yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sepatu yang terlalu sempit dan terjatuhnya benda pada kaki. Jejas berulang pada kaki, sebagai tambahan dari kurangnya sirkulasi darah di dalam kaki akibat tersumbatnya arteri-arteri yang disebabkan oleh penyakit arteri perifer, menyebabkan penyembuhan luka yang buruk. Sebagai konsekuensinya hal ini menyebabkan terbentuknya ulkus. Ulkus diabetikum adalah penyebab seringnya dilakukan amputasi pada penderita diabetes. Oleh karena itu penderita diabetes harus memeriksa kaki mereka setiap hari untuk melihat apakah ada jejas dan menggunakan alas kaki yang sesuai. Mereka juga tidak diperkenankan untuk berjalan tanpa alas kaki karena jejas-jejas sekecil apapun pada kaki akan sulit disembuhkan dan dapat menyebabkan terjadinya ulkus.
2. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus sebagai berikut: 
      a. Tipe I         
        Diabetes tipe I ditandai dengan sekresi insulin oleh pankreas tidak ada dan sering terjadi pada orang muda. Secara normal, insulin bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan membolehkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisme. Caranya dengan mengikat dirinya secara kuat pada tempat reseptor pada membran sel. Efek utama metabolik insulin adalah di otot dan jaringan adiposa. Pada orang diabetes, kekurangan atau ketiadaan insulin menimbulkan kelaparan pada jaringan ini dan ini menjelaskan mengapa pasien menjadi lelah dan berat badan menurun. Karena insulin tidak digunakan, terjadi penumpukan didalam darah pada orang diabet dan meluap kedalam urine yang menyebabkan haus dan keluarnya urine dalam jumlah yang banyak. Lebih lanjut masalah ini akan menimbulkan komplikasi physiologic, kecuali kalau diberikan penggantian insulin. Sehingga orang yang menderita DM Tipe I perlu injeksi insulin secara teratur dalam hidupnya untuk mencegah ketosis. Suatu komplikasi yang muncul,akibat gangguan metabolisme lemak. Untuk alasan ini, DM tipe I dikenal sebagai IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus).
       b). Tipe II
Diabetes Type II akibat dari tidak sensitifnya reseptor insulin terhadap insulin yang sudah tersedia. Pada kelompok ini diit khususdiajurkan untuk menurunkan BB dan diberikan tablet untuk merangsang pankreas untuk mensekresi lebih banyak insulin. Karena tidak dibutuhkan insulin maka diabetes tipe II dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus).
Wagner (1983) membagi Ulkus kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
3. Etiologi
Menurut Rusari (2008), etiologi diabetes mellitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara      berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai       pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel       penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
  4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Ulkus pedis
Faktor – faktor yang berpengaruh atas
Faktor endogen :
1). Genetik, metabolik
2). Angiopati diabetik
3). Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
1). Trauma
2). Infeksi
3). Obat
4 . Komplikasi
     a.Komplikasi Akut     : Amputasi, Nekrosis Permanen, Cacat
     b.Komplikasi Kronis : Ketoasidosis, neuropati, angiopati, rentan infeksi, kaki diabetic (Mansjoer, Arif ;2000). 
5. Patofisiologis
Pasien–pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus–tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor–faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,2002). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.


B. TINJAUAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.      Identitas
1). Identitas klien  yang menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis,nomor rekam medis,tanggal masuk rumah sakit,tanggal pengkajian.
2). Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien.
b.    Keluhan utamaklien dengan uklus diabetes paling sering di temukan adalah nyeri, terasa seperti terbakar atau tertusuk, nyeri menyebar seluruh uklus, dengan skala nyeri 1-10, akan terasa nyeri jika melakukan aktifitas terutama pada malam hari.
c.    Riwayat kesehatan sekarang ditemukan saat pengkajian, keluhan pada saat dikaji pasien yang telah mengalami luka ulkus pada umumnya mengeluh nyeri pada luka. Nyeri akan bertambah jika digunakan untuk bergerak dan nyeri  yang dirasakkan seperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima( 0 – 10 ).
d.   Riwayat kesehatan dahulu berisi tentang pengalaman penyakit sebelumnya,apakah berpengaruh pada penderita penyakit yang diderita sekarang. Biasanya terjadi karena keturunan dan pola hidup yang kurang sehat.
e.    Riwayat kesehatan keluarga  terdapat penyakit yang sama baik dari saudara dan orang tua karena bisa saja DM merupakan penyakit keturunan.
2.      Pengkajian pola gordon
a.     Pola persepsi kesehatan
Pada pasien ulkus pedis terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi.
b.     Pola metabolik nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
c.     Pola eliminasie
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ).
d.    Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya ulkus dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e.     Pola istirahat Tidur
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
f.     Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan ulkus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan,sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung 
g.    Pola konsep diri dan persepsi diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Ulkus pedis yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
h.    Pola Hubunga peran
Pada pasien dengan penderita Diabetes Melitus dengan ulkus pedis sinistra pada umumnya tidak mengalami gangguan
i.      Pola Reproduksi dan seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi reproduksi, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.
j.      Pola mekanisme koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k.    Pola Keyakinan Nilai
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum
Keadaan umum pada pasien DM dengan Ulkus mencapai kesadaran penuh,keesadaran menunjukan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan menggalami kesakitan pada pasien yang mengalami ulkus
1)      Hasil pemeriksaaan Head to toe
a)      Kepala  : mesocepal, rambut mengalami kerontokan.
b)       Mata : simetris kanan dan kiri,konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik, mengalkami gangguan penglihatan.
c)       Hidung: fungsi penciuman baik pada pasien post appendikitis tidak mengalami gangguan.
d)     Mulut : mukosa pucat,tidak ada stomatitis.
e)      Telinga fungsi pendengaran baik, leher kelenjar thyroid tidak mengalam pembesaran
f)       Dada
Inspeksi         : tidak menggunaka otot bantu nafas
Palpasi           : pengembangan paru sama, tidak ada     nyeri tekan
Perkusi         : sonor
Auskultasi    : tidak ada suara tambahan
g)      Jantung
Inspeksi           :  ictus cordis tidak tampak
Palpasi             :  ictus cordis tidak teraba
Perkusi            :  redup
Auskultasi       :  s1 s2 teratur, tunggal
h)      Abdomen
Inspeksi            : bentuk datar dan simetris antara kanan dan kiri.
Auskultasi       : peristaltik usus normal .
Palpasi             : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi            : tympani.
i)        Ekstremitas
Ekstremitas atas      :  Tidak terjadi gangguan fungsi gerak pada ekstermaitas atas.
Ekstremitas bawah   : Terjadi gangguan fungsi     gerak pada ekstremitas bawah karena ulkus.
j)        Genetalia
Tidak mengalami gangguan.
4.  Diagnosa Keperawatan
a).      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darah
b).      Gangguan pemenuhan kebutuhan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual muntah
c).      Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengobatan yang tidak adekuat
d).     nyeri berhubungan dengan iskemia atau kematian jaringan
e).      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka yang diderita
f).      Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
g).      Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
h).      Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk jaringan
i).      Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya
5.      Intervensi
a.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
1).       Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular
2).      Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis.
3).       Kulit sekitar luka teraba hangat.
4).      Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
5).       Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1).      Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2).      Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Atur kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3).      Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4).      Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

b.         Gangguan pemenuhan kebutuhan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :   
1).         Berat badan dan tinggi badan ideal.
2).        Pasien mematuhi dietnya.
3).         Kadar gula darah dalam batas normal.
4).        Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1).      Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2).      Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3).      Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4).       Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5).      Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

c.       Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengobatan yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
1).         Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2).        Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )
3).         Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1).        Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2).        Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
3).        Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
4).        Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
5).        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman.
d.   Nyeri berhubungan dengan iskemia atau kematian jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1).         Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
2).        Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi nyeri.
3).         Elspresi wajah klien rileks.
4).        Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 – 37,50 C, N: 60 – 80 x /menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1).      Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2).     Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3).      Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional: Rangsang yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4).      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5).      Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6).      Lakukan massage saat rawat luka.
Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.
7).      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien
e.       Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka yang diderita
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1).         Berkurangnya oedema sekitar luka.
2).        Pus dan jaringan berkurang
3).         Adanya jaringan granulasi.
4).        Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1).      Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2).      Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3).      Ajarkan klien atau keluarga tentang perawatan luka yang baik dan benar
Rasional : mengajarkan klien tentang perawatan luka dengan baik dan benar diharapkan klien dapat merawat lukanya dengan mandiri jika berada dirumah
4).      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.
f.       Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
1).    Pergerakan pasien bertambah luas
2).   Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
3).    Rasa nyeri berkurang.
4).   Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.

Rencana tindakan :
1).      Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2).      Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3).      Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4).      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5).      Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.


g.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mencapai pola tidur yang optimal.
Kriteria Hasil :
1.       Pasien dapat istirahat dengan nyaman
2.      Rasa nyeri berkurang.
Rencana tindakan :
1).      Kaji dan identifikasi tingkat pola tidur pasien
Rasional : Untuk mengetahui berapa jam pasien beristirahat.
2).      Beri penjelasan tentang pentingnya beristirahat.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya beristirahat yang cukup untuk mempercepat kesembuhan.
3).      Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk kenyamanan beristirahat.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4).      Beri rasa aman dan nyaman bagi pasien
Rasional : Agar mengoptimalkan istirahat pasien.
h.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan  Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil :
1).       Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
2).      Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1).      Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
               Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
2).      Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
               Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
3).      Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
               Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
4).      Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
               Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
5).      Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
               Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
6).      Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
               Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
i.      Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1).       Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2).      Emosi stabil, pasien tenang
3).       Istirahat cukup.

Rencana tindakan :
1).      Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2).      Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3).      Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4).      Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5).      Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6).      Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara   bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7).      Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
6.      Implementasi
Kegiatan atau serangkaian tindakan yang dilakukan perawat untuk membantu klien dalam masalah kesehatan yang dihadapi klien yang sebelumnya telah disusun pada rencana keperawatan. ( Nursalam,2011)
7.      Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif disebut juga evaluasi hasil,evaluasi akhir. Evaluasi disisini dilakukan pada akhir tindakan dan menjadi metode dalam memonitor kualitas dan efisien tindakan yang diakukan. Bentuk evaluasi menggunakan format SOAP . ( Nursalam,2011)
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan. Jakarta : EGC.

Brashers, L. Valentina. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth. 2006. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dongoes, E. Marilynn. 2008. Nursing diagnosis manual. Planing. Individualizing, and documenting Client Care. Davis Company: Philadelpia.
Gunawan,  L. 2013. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Karnisius.
Herdman, T. Heather (ed). 2012. Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Kowalak, Wels, Mayer, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung: Qanita.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riyadi, S. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka  Pelajar.
Wilkinson, M. Judith and Ahern, R. Nancy. 2004. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

1 comment:

  1. Hello everyone I'm here to testify and enlighten you on how you can be cure from the disease/virus known as DIABETES as the FDA described that it cannot be cured or there is no cure for it, not knowing that herbal treatment is highly recommended for the treatment and cure for Diabetes its easy and it has no side effect, Doctor James herbal centre it's A1 and a powerful strong pure natural remedy that can be used in the prevention and elimination of diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome lifestyle Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying good physical health and overall well-being are you interested in curing Diabetes now, I am a living testimony of how Dr James herbal medicine cured me with natural herbs which I bought from him. You can cure your Herpes virus,Cancer,Hiv/Aids, Hepatitis A/B, Gonorrhea, Fibroid ,Infertility ,Epilepsy, Syphilis, Chronic infection, Copd, ,Std, Hpv, Backache,arthritis etc.........
    contact Email
    drjamesherbalmix@gmail.com

    ReplyDelete

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...