TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teori
1. Pengertian
a.
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah
penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam tanda – tanda hiperglikemia
dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun
kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein (Keperawatan Medikal Bedah smelzer &
suzanne 2000).
b. Ulkus pedis
Ulkus
pedis adalah kondisi medis yang ditandai dengan luka cekung yang lama, tidak
menyembuh, dalam dengan pembengkakan dan berbatas tegas. Hal ini merupakan
tanda umum dari diabetes yang tidak terkontrol pada penderita baik diabetes
melitus tipe 1 atau tipe 2. Pada pasien diabetes cenderung terjadi penyakit
arteri perifer, suatu kondisi dimana terjadi penyumbatan pembuluh darah di
tungkai dan neuropati perifer, suatu kondisi dimana terjadi kerusakan
saraf-saraf pada tungkai akibat kadar gula darah yang tinggi. Dua kondisi ini
seringkali merupakan komplikasi akibat diabetes dengan pengendalian yang buruk.
Neuropati perifer dapat menyebabkan berkurangnya sensasi pada kaki. Oleh karena
itu, penderita diabetes yang tidak terkontrol mungkin tidak merasakan adanya
jejas atau abrasi pada tungkai yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti sepatu yang terlalu sempit dan terjatuhnya benda pada kaki. Jejas
berulang pada kaki, sebagai tambahan dari kurangnya sirkulasi darah di dalam
kaki akibat tersumbatnya arteri-arteri yang disebabkan oleh penyakit arteri
perifer, menyebabkan penyembuhan luka yang buruk. Sebagai konsekuensinya hal
ini menyebabkan terbentuknya ulkus. Ulkus diabetikum adalah penyebab seringnya
dilakukan amputasi pada penderita diabetes. Oleh karena itu penderita diabetes
harus memeriksa kaki mereka setiap hari untuk melihat apakah ada jejas dan
menggunakan alas kaki yang sesuai. Mereka juga tidak diperkenankan untuk
berjalan tanpa alas kaki karena jejas-jejas sekecil apapun pada kaki akan sulit
disembuhkan dan dapat menyebabkan terjadinya ulkus.
2.
Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2009, klasifikasi Diabetes Melitus sebagai berikut:
a. Tipe I
Diabetes
tipe I ditandai dengan sekresi insulin oleh pankreas tidak ada dan sering
terjadi pada orang muda. Secara normal, insulin bekerja untuk menurunkan kadar
glukosa darah dengan membolehkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisme.
Caranya dengan mengikat dirinya secara kuat pada tempat reseptor pada membran
sel. Efek utama metabolik insulin adalah di otot dan jaringan adiposa. Pada
orang diabetes, kekurangan atau ketiadaan insulin menimbulkan kelaparan pada
jaringan ini dan ini menjelaskan mengapa pasien menjadi lelah dan berat badan
menurun. Karena insulin tidak digunakan, terjadi penumpukan didalam darah pada
orang diabet dan meluap kedalam urine yang menyebabkan haus dan keluarnya urine
dalam jumlah yang banyak. Lebih lanjut masalah ini akan menimbulkan komplikasi
physiologic, kecuali kalau diberikan penggantian insulin. Sehingga orang yang
menderita DM Tipe I perlu injeksi insulin secara teratur dalam hidupnya untuk
mencegah ketosis. Suatu komplikasi yang muncul,akibat gangguan metabolisme lemak.
Untuk alasan ini, DM tipe I dikenal sebagai IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Melitus).
b). Tipe II
Diabetes Type II akibat dari tidak
sensitifnya reseptor insulin terhadap insulin yang sudah tersedia. Pada
kelompok ini diit khususdiajurkan untuk menurunkan BB dan diberikan tablet
untuk merangsang pankreas untuk mensekresi lebih banyak insulin. Karena tidak
dibutuhkan insulin maka diabetes tipe II dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin
Dependent Diabetes melitus).
Wagner (1983) membagi Ulkus kaki
diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka,
kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “
claw callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial
terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus
tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan
atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau
bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V
: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
3.
Etiologi
Menurut Rusari (2008), etiologi diabetes mellitus mempunyai etiologi yang heterogen,
dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan
genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas,
berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang
mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet
dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3)
Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan
kepekaan sel beta oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas,
terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Ulkus pedis
Faktor – faktor yang berpengaruh
atas
Faktor endogen :
1). Genetik, metabolik
2). Angiopati diabetik
3). Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
1). Trauma
2). Infeksi
3). Obat
4 .
Komplikasi
a.Komplikasi Akut : Amputasi, Nekrosis
Permanen, Cacat
b.Komplikasi Kronis : Ketoasidosis, neuropati, angiopati, rentan
infeksi, kaki diabetic (Mansjoer, Arif ;2000).
5.
Patofisiologis
Pasien–pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang
melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus–tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif
dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain
adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan
juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama
akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada
saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Akibat hiperglikemia akan
menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung
senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular. Terjadinya Kaki
Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor–faktor disebutkan dalam etiologi.
Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan
infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya
neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik.
Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada
kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot
kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa
sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan
pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (
Levin,2002). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
B.
TINJAUAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1). Identitas klien yang menjadi dasar pengkajian meliputi : nama,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis,nomor rekam medis,tanggal
masuk rumah sakit,tanggal pengkajian.
2). Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan
utamaklien dengan uklus diabetes paling sering di temukan adalah nyeri, terasa
seperti terbakar atau tertusuk, nyeri menyebar seluruh uklus, dengan skala
nyeri 1-10, akan terasa nyeri jika melakukan aktifitas terutama pada malam
hari.
c. Riwayat
kesehatan sekarang ditemukan saat pengkajian, keluhan pada saat dikaji pasien
yang telah mengalami luka ulkus pada umumnya mengeluh nyeri pada luka. Nyeri
akan bertambah jika digunakan untuk bergerak dan nyeri yang dirasakkan seperti ditusuk tusuk dengan
skala nyeri lebih dari lima( 0 – 10 ).
d. Riwayat
kesehatan dahulu berisi tentang pengalaman penyakit sebelumnya,apakah
berpengaruh pada penderita penyakit yang diderita sekarang. Biasanya terjadi
karena keturunan dan pola hidup yang kurang sehat.
e. Riwayat
kesehatan keluarga terdapat penyakit
yang sama baik dari saudara dan orang tua karena bisa saja DM merupakan
penyakit keturunan.
2. Pengkajian
pola gordon
a. Pola
persepsi kesehatan
Pada pasien ulkus pedis terjadi perubahan persepsi
dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap
dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya
resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi.
b. Pola metabolik nutrisi
Akibat
produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah
tidak dapat dipertahankan, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi
dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola
eliminasie
Adanya
hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien
sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ).
d. Pola
aktivitas dan latihan
Kelemahan,
susah berjalan/bergerak, kram otot, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya ulkus dan kelemahan otot –
otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola
istirahat Tidur
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada
kaki yang luka , sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
f. Pola
sensori dan kognitif
Pasien dengan ulkus cenderung
mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya
nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan,sakit kepala, mengatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung
g. Pola
konsep diri dan persepsi diri
Adanya
perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Ulkus pedis yang sukar sembuh dan berbau
menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan, lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
h. Pola
Hubunga peran
Pada
pasien dengan penderita Diabetes Melitus dengan ulkus pedis sinistra pada
umumnya tidak mengalami gangguan
i. Pola
Reproduksi dan seksualitas
Angiopati
dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi reproduksi, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah
vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. risiko lebih
tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.
j. Pola
mekanisme koping
Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k. Pola
Keyakinan Nilai
Adanya
perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola
ibadah penderita.
3. Pemeriksaan
fisik
a. Keadaan
umum
Keadaan
umum pada pasien DM dengan Ulkus mencapai kesadaran penuh,keesadaran menunjukan
keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode rasa nyeri. Tanda
vital pada umumnya stabil kecuali akan menggalami kesakitan pada pasien yang
mengalami ulkus
1) Hasil
pemeriksaaan Head to toe
a) Kepala : mesocepal, rambut mengalami kerontokan.
b) Mata : simetris kanan dan kiri,konjungtiva
tidak anemis,sklera tidak ikterik, mengalkami gangguan penglihatan.
c) Hidung: fungsi penciuman baik pada pasien post
appendikitis tidak mengalami gangguan.
d)
Mulut : mukosa pucat,tidak ada
stomatitis.
e)
Telinga fungsi pendengaran baik, leher
kelenjar thyroid tidak mengalam pembesaran
f)
Dada
Inspeksi :
tidak menggunaka otot bantu nafas
Palpasi
: pengembangan paru sama, tidak
ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
g)
Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi :
ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: redup
Auskultasi :
s1 s2 teratur, tunggal
h)
Abdomen
Inspeksi
: bentuk datar dan simetris
antara kanan dan kiri.
Auskultasi
: peristaltik usus normal .
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
: tympani.
i)
Ekstremitas
Ekstremitas
atas : Tidak terjadi gangguan fungsi gerak pada
ekstermaitas atas.
Ekstremitas
bawah : Terjadi gangguan fungsi gerak pada ekstremitas bawah karena ulkus.
j)
Genetalia
Tidak mengalami
gangguan.
4. Diagnosa Keperawatan
a). Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darah
b). Gangguan pemenuhan kebutuhan kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual muntah
c). Resiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan pengobatan yang tidak adekuat
d). nyeri berhubungan dengan iskemia atau kematian jaringan
e). Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan luka yang diderita
f). Keterbatasan mobilitas fisik
berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
g). Gangguan pola tidur berhubungan
dengan rasa nyeri yang dirasakan
h). Gangguan konsep diri berhubungan
dengan perubahan bentuk jaringan
i). Ansietas berhubungan dengan
ketidaktahuan klien tentang penyakitnya
5. Intervensi
a.
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena penyempitan
pembuluh darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak
terjadi gangguan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
1).
Denyut nadi perifer teraba kuat dan
regular
2).
Warna kulit sekitar luka tidak
pucat/sianosis.
3).
Kulit sekitar luka teraba hangat.
4).
Oedema tidak terjadi dan luka tidak
bertambah parah.
5).
Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1).
Ajarkan pasien untuk melakukan
mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi
meningkatkan sirkulasi darah.
2). Ajarkan tentang faktor-faktor yang
dapat meningkatkan aliran darah : Atur kaki sedikit lebih rendah dari jantung (
posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari
balutan ketat, hindari penggunaan bantal di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik
sehingga tidak terjadi oedema.
3). Ajarkan tentang modifikasi
faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi,
menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh
darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4). Kerja sama dengan tim kesehatan lain
dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi
oksigen ( HBO ).
Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan
pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan
pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
b.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun dan mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1). Berat badan dan tinggi badan ideal.
2). Pasien mematuhi dietnya.
3). Kadar gula darah dalam batas normal.
4). Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1). Kaji status nutrisi dan kebiasaan
makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
2). Anjurkan pasien untuk mematuhi diet
yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3). Timbang berat badan setiap seminggu
sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (
berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4). Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan
program diet yang ditetapkan.
5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain
untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan
glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun, pemberian diet yang
sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
c.
Resiko
penyebaran infeksi berhubungan dengan pengobatan yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan tidak terjadi penyebaran
infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
1).
Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2).
Tanda-tanda vital dalam batas normal
( S: 36 -37,50C )
3).
Keadaan luka baik dan kadar gula
darah normal.
Rencana tindakan :
1). Kaji adanya tanda-tanda penyebaran
infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda
penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2). Anjurkan kepada pasien dan keluarga
untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu
cara untuk mencegah infeksi kuman.
3). Lakukan perawatan luka secara
aseptik.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran
infeksi.
4). Anjurkan pada pasien agar menaati
diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan
sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
5). Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotika
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman.
d.
Nyeri
berhubungan dengan iskemia atau kematian jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1). Penderita secara verbal mengatakan
nyeri berkurang atau hilang.
2). Penderita dapat melakukan metode
atau tindakan untuk mengatasi nyeri.
3). Elspresi wajah klien rileks.
4). Tidak ada keringat dingin, tanda
vital dalam batas normal.(S : 36 – 37,50 C, N: 60 – 80 x /menit, T :
120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1). Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi
nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.
2). Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang
terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3). Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional: Rangsang yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
4). Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5). Atur posisi pasien senyaman mungkin
sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6). Lakukan massage saat rawat luka.
Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus.
7). Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasien
e.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan luka yang diderita
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1).
Berkurangnya oedema sekitar luka.
2).
Pus dan jaringan berkurang
3).
Adanya jaringan granulasi.
4).
Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1). Kaji luas dan keadaan luka serta
proses penyembuhan.
Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2). Rawat luka dengan baik dan benar :
Membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi
tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3). Ajarkan klien atau keluarga tentang
perawatan luka yang baik dan benar
Rasional : mengajarkan klien tentang perawatan luka dengan
baik dan benar diharapkan klien dapat merawat lukanya dengan mandiri jika
berada dirumah
4). Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti
biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat
untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan
penyakit.
f.
Keterbatasan
mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
1). Pergerakan pasien bertambah luas
2). Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan
( duduk, berdiri, berjalan ).
3). Rasa nyeri berkurang.
4). Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap
sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1). Kaji dan identifikasi tingkat
kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki
pasien.
2). Beri penjelasan tentang pentingnya
melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga
dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3). Anjurkan pasien untuk
menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi
dengan baik.
4). Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain
: dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,
fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
g.
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mencapai pola tidur yang optimal.
Kriteria Hasil :
1.
Pasien dapat istirahat dengan nyaman
2.
Rasa nyeri berkurang.
Rencana tindakan :
1). Kaji dan identifikasi tingkat pola
tidur pasien
Rasional : Untuk mengetahui berapa jam pasien beristirahat.
2). Beri penjelasan tentang pentingnya
beristirahat.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya beristirahat yang
cukup untuk mempercepat kesembuhan.
3). Ajarkan pasien teknik relaksasi
untuk kenyamanan beristirahat.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi
dengan baik.
4). Beri rasa aman dan nyaman bagi
pasien
Rasional : Agar mengoptimalkan istirahat pasien.
h.
Gangguan
konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah
satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil :
1).
Pasien mau berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
2). Pasien yakin akan kemampuan yang
dimiliki.
Rencana tindakan :
1). Kaji perasaan/persepsi pasien
tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya
yang kurang berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa
negatif pasien terhadap dirinya.
2). Lakukan pendekatan dan bina hubungan
saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm
menggali permasalahan pasien.
3). Tunjukkan rasa empati, perhatian dan
penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa
dirinya di hargai.
4). Bantu pasien untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan
kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan
perasaan terisolasi.
5). Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan
dukungan dalam proses berkabung yang normal.
6). Beri dorongan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang
konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan
perilaku yang adiktif dari pasien.
i.
Cemas
berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa cemas
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1). Pasien dapat mengidentifikasikan
sebab kecemasan.
2). Emosi stabil, pasien tenang
3).
Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1). Kaji tingkat kecemasan yang dialami
oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2). Beri kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3). Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar
perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4). Beri informasi yang akurat tentang
proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan
keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran
pasien.
5). Berikan keyakinan pada pasien bahwa
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6). Berikan kesempatan pada keluarga
untuk mendampingi pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
7). Ciptakan lingkungan yang tenang dan
nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
6. Implementasi
Kegiatan atau serangkaian tindakan yang dilakukan
perawat untuk membantu klien dalam masalah kesehatan yang dihadapi klien yang
sebelumnya telah disusun pada rencana keperawatan. ( Nursalam,2011)
7. Evaluasi
Evaluasi
terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan
tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif disebut juga evaluasi hasil,evaluasi
akhir. Evaluasi disisini dilakukan pada akhir tindakan dan menjadi metode dalam
memonitor kualitas dan efisien tindakan yang diakukan. Bentuk evaluasi
menggunakan format SOAP . ( Nursalam,2011)
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah,
M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta:
DIVA Press.
Bilotta, Kimberly. A. J
(ed). 2011. Kapita selekta penyakit :
dengan implikasi keperawatan. Jakarta : EGC.
Brashers,
L. Valentina. 2008. Aplikasi Klinis
Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Brunner
and Suddarth. 2006. Buku Ajar :
Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.
Carpenito,
Lynda J. 2007. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Patofisiologi.
Jakarta: EGC
Dongoes,
E. Marilynn. 2008. Nursing diagnosis
manual. Planing. Individualizing, and documenting Client Care. Davis
Company: Philadelpia.
Gunawan, L. 2013. Hipertensi
: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Karnisius.
Herdman,
T. Heather (ed). 2012. Diagnosis
keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Kowalak,
Wels, Mayer, 2011. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta: EGC
Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung: Qanita.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riyadi, S. 2011. Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wilkinson,
M. Judith and Ahern, R. Nancy. 2004. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Jakarta: EGC.
Hello everyone I'm here to testify and enlighten you on how you can be cure from the disease/virus known as DIABETES as the FDA described that it cannot be cured or there is no cure for it, not knowing that herbal treatment is highly recommended for the treatment and cure for Diabetes its easy and it has no side effect, Doctor James herbal centre it's A1 and a powerful strong pure natural remedy that can be used in the prevention and elimination of diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome lifestyle Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying good physical health and overall well-being are you interested in curing Diabetes now, I am a living testimony of how Dr James herbal medicine cured me with natural herbs which I bought from him. You can cure your Herpes virus,Cancer,Hiv/Aids, Hepatitis A/B, Gonorrhea, Fibroid ,Infertility ,Epilepsy, Syphilis, Chronic infection, Copd, ,Std, Hpv, Backache,arthritis etc.........
ReplyDeletecontact Email
drjamesherbalmix@gmail.com