TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai
parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)
dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).
Pada pneumonia yang disebabkan oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah
penyebab dari Pneumonia (virus atau bakteri). Pneumonia sering kali dipercaya
diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri.
Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bakteri dengan pneumonia
viral. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan
perbedaan nyata. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumonia
bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis,
dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. (Said M, 2008)
Pneumonia adalah suatu radang paru yang di
sebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. (Hasan R, dkk 2007)
Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan
penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak namun lebih sering terjadi
pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal. (Wong, 2009)
Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa Pneumonia adalah suatu penyakit yang terjadi pada anak,
remaja atau orang dewasa terjadinya infeksi atau peradangan pada jaringan paru
terutama alveoli atau parenkim paru.
B.
Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang
memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama
dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum
mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang
lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti E. Colli, Pseudomonas
sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia
sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B, dan Straphylococcus aureus, sedang pada anak yang lebih
besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae.
Secara
klinis, umumnya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan pneumonia virus.
Demikian juga dengan pemeriksan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak
dapat menentukan etiologi. (Rahajoe N, dkk , 2008 )
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pneumonia menurut
Wong, 2009 adalah :
1.
Demam: biasanya cukup tinggi
2.
Pernafasan:
a.
Batuk:
1)
Tidak produktif sampai produktif dengan
sputum berwarna keputihan
2)
Takipnea
b. Bunyi
nafas:
1) Ronki
atau kasar
2) Pekak
pada saat perkusi
3) Nyeri
dada
4) Pernafasan
cuping hidung
5) Pucat
sampai sianosis (bergantung pada tingakat keparahan)
c.
Foto toraks: infiltrasi difus atau
bercak–bercak dengan distribusi peribronkial
d.
Perilaku: sensitif, gelisah, letargik
e.
Gastrointestinal: anoreksia, muntah,
diare, nyeri abdomen
Tanda dan gejala pneumonia menurut
Said M, (2008) adalah:
a.
Gejala infeksi umum: demam, sakit
kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah, atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner
b.
Gejala gangguan respiratori: batuk, sesak
nafas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis
D. Patofisiologi
Umumnya mikroorganisme penyebab
terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi
edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan pengebaran kuman
kejaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolodasi, yaitu
terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan di temukannya
kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya,
deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli
dan terjadi fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini di sebut
stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan
tetap normal. (Said M, 2008)
Menurut Ardiansyah (2012) saat bakteri masuk
kedalam tubuh, tubuh mengalami peradangan, mengakibatkan metabolisme meningkat.
Eritrosit dan leukosit masuk kedalam alveoli memfagosit bakteri sehingga
menimbulkan eksudat di alveoli. Cairan eksudat yang semakin menumpuk di alveoli
mengakibatkan kemampuan pertukaran gas di dalam alveoli berkurang. Hal ini
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen mengakibatkan tubuh menjadi lemas sehingga
intoleransi aktivitas berkurang. Peningkatan laju metabolisme mengakibatkan
suhu tubuh meningkat pula. Alveoli yang penuh cairan membuat tubuh ingin
mengeluarkannya dengan cara batuk, sehingga tingkat kenyamanan istirahat akan
terganggu dan nafsu makan akan berkurang.
Pathway
A. Klasifikasi Klinis
Klasifikasi berdasarkan morfologi,
bentuk klinis, dan agens etiologi menurut Wong, 2009 adalah:
1. Pneumonia
lobaris: melibatkan semua atau segmen yang luas dari satu lobus paru atau
lebih. Jika kedua paru terkenal disebut pneumonia bilateral atau pneumonia
ganda
2. Bronkopneumonia:
dimulai pada bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan eksudat mukopurulen
yang berbentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus di dekatnya, disebut
juga pneumonia lobularis
3. Pneumonia
interstisial: proses inflamasi dengan batas-batas yang lebih atau kurang dalam
dinding alveolus (interstisium) dan jaringan peribronkial dan interlobaris.
4. Pneumonia
virus: lebih sering terjadi dari pada pneumonia bakteri dan terjadi pada semua
kelompok usia anak. Pneumonia ini sering dikaitkan dengan ISPA virus, RSV yang
berkontribusi terhadap persentase pneumonia terbesar pada bayi.
5. Pneumonia
antipikal primer: infeksi mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab pneumonia
yang paling banyak terjadi pada anak-anak berusia antara 5 dan 12 tahun. Pneumonia
ini terjadi selama bulan-bulan musim gugur dan musim dingin serta lebih sering
lagi terjadi dilingkungan berpenghuni padat.
6. Pneumonia
bakteri: bersifat tiba-tiba dan umumnya didahului dengan infeksi virus yang
mengganggu mekanisme pertahanan alami saluran pernafasan atas sehingga jumlah
bakteri patogenik yang secara normal berada disaluran napas atas bertambah
jumlahnya.
B.
Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema
torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner
seperti meningitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering
yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Komplikasi yang lain adalah miokarditis (tekanan
sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal
jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2 – 24 bulan. Oleh
karena miokkarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk
melakukan deteksi dengan teknik noninvasive seperti EKG, ekokardiografi, dan
pemeriksaan enzim. (Said M, 2008)
C.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Darah
perifer lengkap
2. C-
Reactive protein (CRP): untuk menbedakan antara factor infeksi dan non infeksi,
infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda.
3. Uji
serologis: untuk mendeteksi antigen dan atibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
4. Pemeriksaan
mikrobiologis: pemeriksaan ini rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat
yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan mikrobiologis, specimen dapat berasal
dari asap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura,
atau aspirasi paru.
5. Pemeriksaan
rontgen toraks: pada pneumoni ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. (Said M, 2008)
D. Penatalaksanaan Medis
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu
dirawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringan penyakit,
misalnya toksis, distress pernafasan, tidak mau makan atau minum, atau ada
penyakit dasar lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien.
Neonates dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Dasar penatalaksanaan pneumonia rawat inap
adalah pengobatan kausal dengan antibiotic yang sesuai, serta tindakan
suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cxairan intravena, terapi
oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula
darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak
terbukti efektif. Penyakit penyerta harus di
tanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus
dipantau dan diatasi.
Penggunaan antibiotic yang tepat merupakan
kunci utama keberhasilan pengobatan.
Terapi antibiotic harus segera diberikan kepada anak dengan pneumonia yang di duga
disebabkan oleh bakteri.
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena
tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu antibiotic di pilih
berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotic empiris di dasarkan pada kemungkinan
etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta
factor epidemiologis. (Said M, 2008)
E.
Pencegahan
Pengguanaan
vaksin polosakarida pneumokokus dianjurkan pada individu tertentu, seperti
anak-anak yang berusia lebih dari 2 tahun yang berisiko menderita infeksi
pneumokokus atau berisiko penyakit serius. Bayi atau anak yang menderita
pneumonia kambuh harus di evaluasi lebih lanjut untuk adanya fibrosis kistik. (Wong,
2009)
F.
Konsep
Tumbuh Kembang
1. Konsep
perkembangan anak usia Toddler (1-3 tahun) menurut Kukuh Raharjo, 2012
a.
Teori perkembangan kognitif (Piaget):
1)
Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
Anak
mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi dengan cara melihat,
mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua gerakan akan diarahkan ke
mulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang dilihat, didengar,
disentuh dan lain-lain.
2)
Tahap pra operasional (2-7 tahun)
Anak
belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam
pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentris. Pada masa ini
pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama. Seperti semua pria
dikeluarga adalah ayah.
b.
Perkembangan psikoseksual anak (Freud)
1) Tahap
anal (1-3 tahun)
Kepuasan
pada fase ini adalah pada penmgeluaran tinja. Anak akan menunjukkan kekakuanya
dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat
egosentris, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Masalah pada saat ini adalah
obesitas, introvert, kurang pengendalian diri dan tidak rapi.
c.
c. Perkembangan
psikososial (Erikson)
1) Tahap
kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak
sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti kemampuan
motorik dan bahasa. Pada tahp ini jika anak tidak diberikan kebebasan anak akan
merasa malu.
2. Konsep Ciri – ciri pertumbuhan anak menurut (Marotz
dan Allen. 2010)
a. Tumbuh dengan kecepatan yang lebih
lambatpada periode ini.
b. Tinggi badan meningkat kira-kira 2 atau 3
inci (5-7,6 cm) per tahun; anak balita mencapai rat-rata tinggi badan 32 sampai
35 inci (81,3-88,9 cm)
c. Berat badan kurang lebih 21-27 pon (9,6-12,3
kg); naik ¼ atau ½ pon
(0,13-0,25 kg) per bulan; berat badannya sekarang kira-kira 3 kali berat
badannya saat lahir.
d. Bernafas dengan kecepatan 22 sampai 30 kali
per menit; kecepatannya bervariasi tergantung pada keadaan emosi dan aktivitas.
e. Kecepatan denyut nadi kurang lebih 80 sampai
110 kali permenit.
f. Ukuran kepala sedikit bertambah; tumbuh
kurang lebih ½ inci (1,3 cm) setiap enam bulan; titik lunak
kepala bagian atas hampir tertutup pada usia delapan belas bulan karena batok
kepala semakin tebal.
g. Lingkar dada lebih lebar dari lingkar kepala
h. Gigi mulai tumbuh dengan cepat; enam sampai
sepuluh gigi baru akan muncul selama periode ini.
i. Kaki masih terlihat melengkung.
j. Bentuk tubuh berubah; anak balita semakin mirip
penampilan orang dewasa tetapi masih nampak berat dibagian atas, perutnya
menonjol, punggungnya melengkung.
k. Ketajaman penglihatannya kurang lebih 20/60.
G.
Pengkajian
Penyakit Pneumonia (Hockenberry M.J & Wilson D. 2008):
1. Melakukan
penilaian fisik dengan penekanan khusus pada warna, nadi (apikal, perifer),
respirasi, tekanan darah dan pemeriksaan dan auskultasi dada.
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk bukti kenaikan
berat badan yang buruk, nafsu makan kurang, intoleransi aktivitas, sikap yang
tidak biasa, atau infeksi saluran pernapasan sering
3. Observasi
adanya manifestasi penyakit pneumoni
pada anak seperti gangguan pertumbuhan, tubuh lemah, kelelahan, dyspnea,
ortopnea, digital clubbing, sakit kepala, epistaksis, kelelahan kaki
H.
Fokus
Intervensi
1.
Pembersihan jalan nafas, ketidakefektifan
berhubungan dengan penumpukan sekret ( NANDA NIC NOC, 2012)
Batasan karakteristik: dipsnea, suara nafas
tambahan, sianosis, perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, batuk tidak
ada atau tidak efektif, penurunan suara
nafas. (NANDA NIC NOC, 2012)
Tujuan :
- Kepatenan jalan nafas
-
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
Intervensi
:
a. Kaji TTV
: nadi, respiratori
Rasional: untuk mengetahui kepatenan jalan
nafas klien
b. Auskultasi
bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan
ventilasi dan adanya suara nafas tambahan
Rasional: untuk mengetahui adanya suara
tambahan atau tidak
c. Lakukan
atau bantu dalam terapi nebulizer, suction, dan perawatan paru lain sesuai
dengan kebijakan dan protokol institusi
Rasional: untuk membatu mengeluarkan sputum
d. Pantau
status oksigen pasien
Rasional: untuk
e. Posisikan
semi fowler
Rasional: untuk memebantu memperlancar
pernafasan
f. Ajarkan
tehnik batuk efektif
Rasional: untuk membantu mengeluarkan sputum
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan fungsi jaringan paru sekunder akibat konsolidasi (NANDA NIC NOC,
2012)
Batasan Karakteristik: dipsnea, gas darah
arteri yang tidak normal, pH arteri tidak normal, ketidaknormalan frekuensi
irama, dan kedalaman pernafasan, sianosis, nafas cuping hidung. (NANDA NIC NOC,
2012)
Tujuan :
-
TTV dalam batas normal
-
Tidak ada penggunaan otot aksesoris untuk
pernapasan
Intervensi :
a. Kaji
suara paru ; suara pernapasan, kedalaman, dan usaha napas
Rasional: untuk memantau kepatenan jalan nafas
b. Pantau
hasil gas darah
c. Pantau
status mental; tingkat kesadaran
Rasional: untuk memantau tingkat kesadaran
klien, dengan cara GCS.
d. Observasi
terhadap sianosis, terutama membrane mukosa mulut
Rasional: untuk mengetahui perubahan fisik
klien
e. Ajarkan
pada pasien teknik bernapas dan relaksasi
Rasional: untuk membantu kepatenan jalan nafas
f. Konsulkan
dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas darah arter (GDA) dan
penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan keadaan perubahan kondisi
pasien
3.
Nyeri akut berhubungan dengan sulit bernafas
(NANDA NIC NOC, 2012)
Batasan Karakteristik: posisi untuk menghindari
nyeri, perubahan tonus otot, respon autonomik, perubahan selera makan, wajah
topeng, bukti nyeri yang dapat diamati. (NANDA NIC NOC, 2012)
Tujuan :
-
Nyeri berkurang, skala 0-3
-
ekspresi wajah rileks, tidak tegang
Intervensi :
a. Mengkaji
tingkat skala nyeri pasien ; P, Q, R, S, T
Rasional: untuk mengetahui skala nyeri yang
dirasakan pasien
b. Anjurkan
pada pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak
dapat dicapai
Rasional: agar perawat bisa melakukan tindakan
selanjutnya dan melaporkan atau berkolaborasi dengan dokter
c. Berikan
pasien lingkungan dan situasi yang nyaman
d. Anjurkan
untuk perubahan posisi, masase punggung, dan rileksasi (nafas dalam)
Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri
e. Kolaborasi
dengan dokter tentang pemberian obat anti nyeri
4.
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi
penyakit (NANDA NIC NOC, 2012)
Batasan Karakteristik: kulit merah, suhu tubuh
meningkat diatas rentan normal, kejang atau konvulsi, kulit teraba hangat,
takikardi, takipnea. (NANDA NIC NOC, 2012)
Tujuan :
-
Suhu tubuh dalam batas normal 36-37,5°C
Intervensi :
a. Pantau
aktivitas kejang
Rasional: untuk mengetahui pasien kejang
kembali atau tidak
b. Pantau
TTV
Rasional: untuk mengetahui status suhu tubuh
pasien
c. Pantau
hidrasi ; turgor kulit, kelembapan membran mukosa
Rasional: apakah pasien terjadi dehidrasi atau
tidak
d. Anjurkan
pada keluarga untuk melepas pakaina yang berlebih pada pasien
Rasional: untuk mengurangi hipertermi yang
terjadi pada pasien
e. Ajarkan
pada keluarga tentang cara pengompresan yang benar ; ke 2 selakangan dan
axsilla
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh pasien
5.
Insomnia berhubungan dengan dipsnea(NANDA NIC
NOC, 2012)
Batasan Karakteristik: afek tampak berubah,
tampak kurang energi, melaporkan kesulitan untuk tidur, melaporkan kesulitan
untuk berkonsentrasi, melaporkan penurunan status kesehatan. (NANDA NIC NOC,
2012)
Tujuan :
-
Jumlah jam tidur bertambah
-
Perasaan segar setelah tidur
-
Terbangun diwaktu yang sesuai
Intervensi :
a. Pantau
pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misal ; apnea saat
tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan sering berkemih)
Rasional: untuk mengetahui frekuensi tidur
pasien
b. Berikan
lingkungan yang nyaman
Rasional: untuk menambah frekuensi tidur pasien
c. Bantu
pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat pasien sulit untuk
tidur
d. Beri
pengaturan posisi yang nyaman
Rasional: posisi yang nyaman bisa menambah
kualitas tidur
e. Kolaborasi
dengan dokter tentang perlunya meninjau program pengobatan jika berpengaruh
pada pola tidur
6.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan (NANDA NIC NOC, 2012)
Batasan Karakteristik: menolak makanan,
pembuluh kapiler rapuh, bising usus hiperaktif, kurangnya minat terhadap
makanan, membrane mukosa pucat, tonus otot buruk. ( NANDA NIC NOC, 2012)
Tujuan :
-
BB bertambah
-
Memperbaiki status gizi
Intervensi :
a. Pantau
nilai laboratorium ; albumin dan elektrolit
Rasional: hasil laboraturium bisa untuk bukti
bahwa pasien memang mempunyai masalah nutrisi
b. Berikan
makanan kesukaan pasien
Rasional: untuk menambah nafsu makan pasien
c. Berikan
makanan sediki tapi sering
Rasional: untuk menambah asupan nutrisi dan
energi
d. Ajarkan
pada keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
Rasional: agar nutrisi pasien tercukupi
e. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian yang dibutuhkan untuk
mencapai berat badan target
7.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan
kelemahan dan keletihan (NANDA NIC NOC, 2012)
Batasan Karakteristik: ketidaknyamanan atau
dispnea saat beraktivitas, frekuensi jantung dan tekanan darah tidak normal
sebagai respons terhadap aktivitas, perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau
iskemia. (NANDA NIC NOC, 2012)
Tujuan :
-
Menunjukkan kemampuan pasien secara mandiri
Intervensi :
a. Pantau
TTV
Rasional: untuk mengetahui status kesehatan
pasien
b. Kaji
tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana
aktifitas pasien
c. Intruksikan
kepada pasien/keluarga untuk mengenali intoleran aktivitas
d. Bantu
pasien untuk mengubah posisi secara berkala ; bersandar, duduk, berdiri, dan
ambulasi
Rasional: bantuan keluarga sangat dibutuhkan
oleh pasien, agar pasien tidak intoliren aktivitas berterus-terusan Kolaborasi dengan ahli terapi (untuk latuhan ketahanan)
DAFTAR
PUSTAKA
Rahajoe
N.N.dkk. 2008. Buku Ajar Respiratori
Anak.1nd Ed.Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Hassan R.dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. 3nd Ed.Jakarta: Infomedika
Depkes RI. 2012. Pedoman Hidup Sehat. Jakarta: Depkes RI
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar keperawatan Pediatrik.6nd Ed.Jakarta: EGC
Wong,
Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan
pediatrik.4nd Ed.Jakarta: EGC
Ardiansyah M. 2012. Medikal Bedah. Jogjakarta: DIVA Press
Wilkinson,
J.M & Ahern, N.R. 2012. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Nanda Nic Noc.9nd
Ed.Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2006. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan.10nd Ed. Jakarta: EGC
Putra
ST. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan
Balitauntuk Keperawatan Bidan.Yogakarta:
D-Medika
Hockenberry M.J & Wilson
D. 2008. Wong’s Clinical Manual of Pediatric
Nursing, 9Th edition. ISBN.
Raharjo,
Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Marotz dan Allen. 2012. Profil Perkembangan Anak Pra Kelahiran
Hingga Usia 12 Tahun. 5nd Ed.Jakarta: PT Indeks
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Binarupa Aksara
Lopez, Brand. 1989. dkk. Auskultasi Paru Pedoman Praktis. Jakarta:
Binarupa Aksara
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
No comments:
Post a Comment