Friday 9 November 2018

Makalah Diare Gastroenteritis


TINJAUAN PUSTAKA
A.    PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastroenteritis dengan ataupun tanpa disertai muntah, serta ketidak nyamanan abdomen (Muttaqin & Sari, 2011).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan ataupun tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh (Ardiansyah,2012).
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang pathogen (Haryono,2012)
B.     ETIOLOGI
Menurut Widoyono penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Virus: rotavirus, adenovirus.
2. Bakteri: escerichia coli, shigella, vibrio cholerae, dan lain-lain.
3. Parasit: entamoeba histolyca, giardia lamblia, cryptospodium.
4. Keracunan makanan
5. Malabsorbsi: karbohidrat, lemak, dan protein.
6.  Alergi: makanan, susu sapi.
7.Imunodefisiensi: AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
C.    MANIFESTASI KLINIS
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair disertai lendir atau darah
2. Kram abdominal
3. Demam/ suhu tubuh biasanya meningkat
4.   Mual dan muntah
5.  Anorexia/ nafsu makan berkurang
6.      Lemah,pucat
7.      Kehausan
8.      Perubahan tanda-tandavital nadidan pernafasan cepat
9.      Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
10.  Anus atau daerah sekitarnya lecet karena sering diare
11.  Terdapat tanda gejala dehidrasi: turgor kulit jelek ( elastisistas kulit menururn,ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering)
D.    PATOFISIOLOGI
Menurut Diskin ( 2008 ) mekanisme dasar penyebab diare meliputi
1.      Gangguan osmotik : asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan penyebab tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus sehingga merangsang usus untuk mengeluarkan isinya, sehingga timbul diare.
2.      Respon inflamasi mukosa. Karena produk enterotoksin dari agen infeksi memberikan respon peningkatan aktifitas sekresi air dan elektrolit sehingga diare timbul karena peningkatan isi rongga usus.
3.      Gangguan motilitas usus. Hiperperistatik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk meenyerap makanan sehingga timbul diare.
Menurut Muhammad Radiyansyah, 2012 penyebab gastroenteris adalah masuknya virus, bakteri, atau toksin dan parasit. Penularan gastroenteritis melalui fekal oral, transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi atau melalui aktifitas seksual.

A.    KOMPLIKASI

1.      Dehidrasi
2.      Renjatan hipovolemik
3.      Hipokalemia
4.      Hipoglikemia
5.      Intoleransi sekunder  akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laksota
6.      Kejang karena dehidrasi hipertoik
7.      Malnutrisi energi protein
(Haryono, 2012 )
B.     DATA PENUNJANG
1.      Pemeriksaan tinja: kultur bakteri patogen, pemeriksaan leukosit, pengukuran toksin dari clostridium difficile, pemeriksaan telur dan parasit, adanya darah, serta pewarnaan gram pada tinja.
2.      Pemeriksaan laboratorium:  hitung darah lengkap mungkin menunjukkan anemia, leukositosis, dan eusinofilia. Kadar serum kalsium, albumin, zat besi, kolesterol, folat, B12, vitamin D, dan karoten (kapasitas iron-binding, dan waktu protombin)
3.      Pemeriksaan lainnya: tes absorbsi Xylosa (skrining untuk fungsi absorbs usus kecil), biopsi usus kecil, tes schilling (malabsorbsi B12), laktosa H2 breath test (malabsorbsi karbohidrat), glucochilic breath test (malabsorbsi ileum), triolein breath test (malabsorbsi lemak), bentiromid, tes sekretin (insufisiensi pancreas), sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsy, ronsen barium kontras.
C.    PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      Penatalaksanaan Farmakologis
a.       Pengobatan simtomatik: rehidrasi, obat anti pasmodik, obat anti diare, obat anti kolinergik, obat anti emetic, vitamin dan mineral, ekstrak enzim pancreas, aluminium hidroksida, phenotiazine, asalm nikotinat.
b.      Pengobatan kausal: anti infeksi ( bakteri, jamur, protozoa, cacing)
2.      Penatalaksanaan Suportif
a.       Penyuluhan kesehatan
b.      Menghindari obat atau makanan/minuman penyebab diare
c.       Diit atau nutrisi yang cukup bergizi tapi tidak iritatif terhadap saluran cerna.


D.    FOKUS PENGKAJIAN
1.      Anamnesa
a.       Waktu dan frekuensi diare
b.      Bentuk tinja
c.       Nyeri abdomen dan keluhan lain yang menyertai
d.      Obat-obatan
e.       Makanan yang habis dimakan
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Turgor kulit
b.      Abdomen
3.      Pemeriksaan  tinja
4.      Pemeriksaan darah
a.       Kadar Hb
b.      Kadar albumin
c.       Kadar eosinophil


E.     DIAGNOSA
1.      Devisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang berlebihan.
4.      Nyeri berhubungan dengan iritasi saluran gastrointestinal.
5.      Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal.

F.     RENCANA KEPERAWATAN
Table 2.1 Rencana Keperawatan
No Dx
Tujuan, KH
Intervensi
Rasional
1.
Defisit cairan teratasi,
KH :
  1. Intake seimbang dengan output
  2. TTV dalam batas normal
  3. Membran mukosa lembab
  4. Cafillary refill < 3 detik
  5. BB seimbang
1.      Monitor dan catat masukan dan pengeluaran cairan : urine, feses (jumlah, konsistensi, warna)
2.      Observasi TTV


3.      Observasi adanya kulit kering  dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit dan pengisian kapiler yang lambat
4.       Ukur BB setiap hari



5.      Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring dan hindari beraktifitas
Memberikaan informasi tentang keseimbangan cairan dan merupakan pedoman untuk penggantian cairan.

Hipotensi,takikardia, dan demam dapat menun-jukkan respon terhadap  kehilangan cairan.

Menunjukkan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi.




Indikator cairan dan status nutrisi untuk mengistirahatkan kolon dengan tujuan untuk proses pe-nyembuhan dan me-nurunkan kehilangan cairan usus.
Untuk mecegah terjadi resiko yang lebih fatal.
2.
Gangguan nutrisi dapat teratasi
KH :
  1. BB naik atau stabil
  2. Makan habis 1 porsi
  3. Rasa mual berkurang
1.      Timbang BB setiap hari

2.      Dorong tirah baring dan pembatasan aktifitas selama sakit
3.      Anjurkan pasien untuk beristirahat sebelum makan
4.      Kolaborasi dengan tim gizi / ahli diit untuk menentukan diit rendah serat


5.      Berikan terapi vit B12 sesuai program medis
Memberi informasi dengan kebutuhan diit / keefektifan terapi
Menurunkan kebutuhan metabolic
untuk mencegah penurunan kalori


Menurunkan gerak peris-taltik usus dan mening-katkan energi untuk makan
Protein diperlukan untuk penyembuhan integritas jaringan. Makanan rendah serat akan berkontribusi menurunkan gerak peristaltik usus terhadap makanan
Meningkatkan produksi sel darah merah / mem-perbaiki anemia
3.
Terjadi peningkatan mukosa anus dengan KH :
  1. Anus lembab/ tidak kering, bersih, tidak ada tanda inflamasi pada anus.
1.    Kaji tingkat penge-tahuan pasien tentang cara peningkatan kondisi membrane mukosa


2.    Lakukan perawatan kulit
Tingkat pengetahuan dipengaruhi  kondisi ekonomi soosial pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan pasien, perwat dapat lebih terarah dalam pemberian penkes secara efektif dan efisien
Area perinial mengalami ekskoriasi akibat faces diare  yang mengandung enzim yang dapat mengiritasi kulit.
4.
Perfusi serebral cercapai secara optimal, dangan KH :
  1. Pasien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, dan kejang
  2. GSC normal, pupil isokor, reflek cahaya (+), TTV normal. ( N: 60 – 100x /menit, S : 36 – 36,7Ä‹, RR : 16 – 20x /menit )
  3. Pasien tidak mengalami defisit neurologis seperti iritabel, hipereflek-sia dan spasifitas dapat terjadi dan akhirnya timbul koma, kejang.
1.      Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
2.      Monitor TTV : TD, N, S, RR, hati-hati pada hipertensi sistolik


3.      Anjurkan pasien untuk menghindari batuk dan me-ngejan berle-bihan

4.      Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut

Kegagalan autereguler  akan menyebabkan kerusakan vaskurel serebral yang ditandai dengan peningkatan sistolik dan penurunan diastolik, peningkatan suhu menggambarkan perjalanan penyakit
Batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK dan potensi terjadi perdarahan ulang
Rangsang aktifitas dapat meningkatkan kenaikan TIK, istirahat dan ketenangan diperlukan untuk mencegah perdarahan
4.
Nyeri berkurang / hilang, dengan KH :
  1. Secara subyektif melaporkan nyeri berkulang atau hilang
  2. Skala nyeri 4 ( 1 – 10 )
  3. Dapat mengidentivikasi aktivitas  yang meningkatkan / menurunkan nyeri
  4. Pasien tidak gelisah
1.      Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmokologi dan non invasive
2.      Lakukan manajemen keperawatan
a.    Istirahatkan pasien saat nyeri muncul

b.    Ajarkan tehnik relak-sasi pernafa-san saat nyeri muncul
c.    Ajarakan tehnik distraksi pada saat nyeri
d.   Manajemen lingkungan : lingkungan tenang, batasi pengunjung, istirahatkan pasien
3.    Berikan pendidikan kesehatan tentang nyeri
Pendekatan dengan relak-sasi dan nonfarmakologi lain telah menu njukkankeefektifan dalam mengu-rangi nyeri

Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan O2 yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder dariiskemia spina
Distraksi (pengalihan per-hatian) dapat menurunkan
stimulus internal
Lingkungan tenang akan menurnkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2  ruangan
Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer
Pengetahuan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapi
5.
Terjadi penurunan suhu tubuh. Dengan KH :
  1. Pasien mampu menjelaskan kembali penkes yang diberikan, pasien termotivasi untuk mellaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
1.      Kaji pengetahuan pasien dan ke-luarga tentang cara menurun-kan suhu tubuh
2.      Lakukan tirah baring pada fase akut


3.      Atur lingkungan yang kondusif





4.      Beri kompres air dingin (air biasa) pada daerah axial, lipat paha, dan temporal bila terjadi panas
5.      Beri dan anjurkan keluarga memakaikan pakaian yang menyerap keringat

6.      Lakukan dan anjurkan keluarga untuk melakukan masase pada ekstremitas

7.      Kolaborasi dalam pemberian obat anti piretik
Sebagai data dasar untuk memberikan intervensi selanjutnya

Penurunan aktifitas akan menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut, dengan demikian akan membantu penurunan suhu tubuh

Kondisi ruang yang tidak panas, tidak bising dan sedikit pengunjung memberikan efektifitas terhadap proses penyembuhan secara konduksi dan konveksi, panas tubuh akan berpindah kematerial yang dingin
Panas tubuh aka berpindah kematerial yang lebih dingin.


Pakaian yang mudah menyerap keringat sangat efektif meningkatkan efek evaporasi

Masase dilakukan untuk meningkatkan aliran darah keperifer dan terjadi vasodilatasi perifer yang akan meningkatkan efek evaporasi
Anti piretik bertujuan untuk memblok respon panas, sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun



DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah,Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta. Diva Presss
Carpenito,Linda Jual. 2007. Buku saku Diagnosa  Keperawatan. Edisi ke-10. Alih bahasa oleh Yasmin Asih.Jakarta: EGC
Davey, Patrick.  At A Glance Medicine. Jakarta. Erlangga
Dermawan. D & R Tutik.2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta . Gosyen Publishing
Haryono. Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Gosyen Publishing
Herman, Heather. 2013. Nanda International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Dialih bahasakan oleh Sumarwati, Made dan Budi Subekti, Nike. EGC
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika
Muwarni, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta. Gosyen Publishing
Rani, Aziz. Simadribata, Marcellus. Fahrial Syam, Ari. 2011. Buku Ajar gastroenterologi. Jakarta. Interna Publishing
Saputra, Lyndon. 2010. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang. Binarupa Aksara
Suharyono. 2008. Diare Akut: klinik dan laboratorik. Jakarta. Rineka Cipta
Widoyono. Penyakit Tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan, & pemberantasannya. Jakarta. Erlangga

No comments:

Post a Comment

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...