TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian
Anemia
yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas
darah untuk mengangkut oksigen kesekitar tubuh. (WHO, 2014)
Anemia
adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel
darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
B.
Etiologi
Kejadian anemia disebabkan oleh kurang
tersedianya makanan yang mengandung zat besi, dan kebiasaan konsumsi makanan
yang mengganggu penyerapan zat besi ( seperti kopi dan teh) yang dikonsumsi
secara bersamaan, pola makan sehari-hari yang salah, kurangnya pengetahuan
tentang kebutuhan zat gizi, sosial ekonomi rendah dan komplikasi penyakit
tertentu misalnya infeksi cacingan, malaria dan talasemia. (Wijanarko,2012).
Penyebab umum dari anemia antara lain
: Kekurangan Zat besi, perdarahan usus,perdarahan,genetik,kekurangan vitamin
B12, kekurangan asam folat, gangguan sumsum tulang.
Secara garis besar, anemia dapat
disebabkan karena :
a.
Peningkatan
destruksi eritrosit,contohnya pada penyakit gangguan sistem imun,talasemia.
b.
Penurunan
produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan
nutrisi.
c.
Kehilangan
darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut,perdarahan kronis,
menstruasi, ulser kronis dan trauma.
C.
Patofisiologi
dan Pathways
Gejala klinis yang muncul merefleksikan
gangguan fungsi dari berbagai sistimdalam tubuh, antara lain: penurunan kinerja
fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia, (badan kurus kerempeng), gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5 L, yakni
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Gejala lain adalah munculnya sklera( warna
pucat dibagian kelopak mata bawah). Anemi bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurangtenaga, dan kepala terasa melayang. Jika anemi bertambah berat
bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
(Marilyn E, Doenges, 2004)
Timbulnya anemia mencerminkan adanya
kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama
dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin
akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada
pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:
1.
hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah;
2.
derajat
proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia. (Sylfia A. Price, 2005)
PATHWAY
D.
Gambaran
Klinis
Tanda
|
:
|
Takikardi / takipnea; dispnea pada
bekerja / istirahat, letargi,). menarik diri, apatis, lesu dan kurang
tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Pusat
(telapak tangan, konjungtiva). Koilonikia (kuku berbentuk sendok).
Ataksia,
tubuh tidak tegak dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
|
|||
Gejala
|
:
|
Keletihan,
kelemahan, malaise umum kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk
bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
|
|||
E.
Pemeriksaan
Penunjang dan Diagnostik
Kadar
hemoglobin kurang dari 10 g/dl, mikrositik hipokrom, psikilositosis, sel
target, serum iron (Si) rendah dan iron binding capacity (IBC) meningkat.Hasil
pemeriksaan sumsum tulang sistem
eritropoetik hiperaktif dengan sel mormoblas poikromatofil yang predominan. (Patrick
Davay, 2002)
F.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
Medik
Pengobatan kausal
·
Anemia
pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma
substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
·
Anemia
defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Agar penyerapannya
di usus meningkat di berikan vitamin C, dan penambahan protein hewani,
diharapkan kenaikan HB 1g/dl setiap 1-2 minggu. Transfusi darah hanya diberikan
pada Hb <5 gr/dl.
·
Anemia
aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi
sekunder, makanan dan istirahat. (Arif Mansjoer, 2004)
2.
Asuhan
Keperawatan
a. Pengkajian
Dengan pengumpulan data pasien baik
subyektif atau objektif pada kasus anemia adalah sebagai berikut :
·
Identifikasi
pasien dan keluarga
Nama,umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, gol darah
·
Riwayat
kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya pasien pada kasus ini
(anemia), terjadi penurunan hb dalam batasan normal dan ditemukan pada
perubahan fisik yang berupa lemah, letih, lesu, kurang tertarik pada aktifitas.
Riwayat
kesehatan dahulu
Pada
riwayat kesehatan dahulu haruslah diketahui dengan baik tentang riwayatnya
maupun penyakit sistemik lainnya.
Riwayat
kesehatan keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga
dapat diketahui riwayat penyakit yang menular ataupun menurun (herediter)
seperti hipertensi, DM dan pada diri klien.
·
Pola
Fungsi Kesehatan
1)
Aktivitas /
stirahat
Gejala : keletihan,
kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk
bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak.
Tanda : takikardia/
takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun,
postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2)
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara premature.
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara premature.
3)
Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakantransfuse darah.
Tanda :depresi.
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakantransfuse darah.
Tanda :depresi.
4)
Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen.
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen.
5)
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
6)
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka
rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis.
7)
Nyeri/kenyamanan
Gejala:nyeri abdomen, sakit kepala
Gejala:nyeri abdomen, sakit kepala
8)
Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea,ortopnea dan dispnea.
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea,ortopnea dan dispnea.
9)
Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10)
Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore. Hilang libido(priadan wanita).
Imppoten.
Tanda :serviks dan dinding vagina pucat.
b. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hb dalam darah.
b. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan .
c. Nyeri berhubungan dengan sakit
kepala dan nyeri abdomen
d. Konstipasi berhubungan
dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
e. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan .
f. Kurang pengetahuan
berehubungan dengan kurang informasi .
g.
Risiko infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder.
c.
Intervensi
No Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Pasien menunjukan perfusi jaringan yang
meningkat.
Kriteria hasil :
·
menunjukkan
perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
·
Tidak
terjadi sianosis
·
Kapilarirefil
< 3dtk.
·
Kulit
tidak pucat
·
Membran
mukosa lembab
·
Kuku
dan rambut kuat
|
1.
Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
2.
Awasi
tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
3.
Tinggikan
kepala tempat tidur sesuai toleransi.
4.
Selidiki
keluhan nyeri dada/palpitasi.
5. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.
Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
|
1.
Memaksimalkan
transport oksigen ke jaringan
2.
Memberikan
informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan
keb. intervensi.
3.
Meningkatkan
ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
4.
Iskemia
seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
5.
Mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
|
2
|
Setelah diberikan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
·
menunujukkan
peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
·
tidak
mengalami tanda mal nutrisi.
·
Mual
muntah menurun
·
Terjadi
kenaikan BB
·
Menununjukkan
perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
|
1.
Observasi
riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2.
Observasi
dan catat masukkan makanan pasien.
3.
Timbang
berat badan setiap hari.
4.
Berikan
makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
5.
Observasi
dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
6.
Berikan
dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat
gigi.
|
1.
Mengidentifikasi
defisiensi, memudahkan intervensi.
2.
Mengawasi
masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.
Mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4.
Menurunkan
kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
5.
Gejala
GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6.
Meningkatkan
nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
|
3
|
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan nyeri berkurang. Kriteria hasil :
·
Px
mengungkapkan peningkatan perasan
nyaman
·
Px
melaporkan tidak ada sakit kepala atau nyeri abdomen
|
1.
Pertahankan
lingkungan yang tenang
2.
Mempertahankan
tirah baring selama pasien nyeri (akut)
3.
Bantu
px dalam ambulasi sesuai dengan kebutuhan
4.
Berikan
tindakan non farmakologi untuk menghilangkan rasa sakit, misalnya, redupkan
lampu kamar, pijatan, dan tehnik relaksasi
5.
KolaborasiBerikan
sesuai indikasi : analgetik
|
1.
Lingkungan
yang tenang dapat meningkatkan kenyamanan px
2.
Meminimalkan
stimulasi / meningkatkan relaksasi
3.
Pusing
dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Px juga
mengalami hipotensi postural
4.
Untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
5.
Untuk
menurunkan atau menngontrol nyeri dan menurunkan rangsang sisitem saraf
simpatis
|
4
|
Setelah diberikan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola eliminasi klien normal
dari fungsi usus
Kriteria hasil :
·
menunjukkan
perubahan pola eliminasi BAB dengan konsistensi lembek , frekuensi sesuai
kebiasaan, warna khas feses.
|
1.
Observasi
warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
2.
Auskultasi
bunyi usus.
3.
Awasi
intake dan output (makanan dan cairan).
4.
Dorong
masukkan cairan 2500-3000 ml/hari
5.
Hindari
makanan yang membentuk gas.
6.
observasi
kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau
mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi
diare.
7.
Berikan
pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai
indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
8.
Mempermudah
defekasi bila konstipasi terjadi.
9.
Kolaborasi
ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
10. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
|
1.
Membantu
mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat
2.
Bunyi
usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3.
Dapat
mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
4.
Membantu
dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu
memperthankan status hidrasi pada diare.
5.
Menurunkan
distress gastric dan distensi abdomen.
6.
Mencegah
ekskoriasi kulit dan kerusakan.
7.
Serat
menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang
traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk defekasi.
8.
Menurunkan
motilitas usus bila diare terjadi.
9.
Membantu
dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
10. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan
atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
|
5
|
Setelah
diberiakan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
·
melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
·
menunjukkan
penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.
|
1.
Observasi
kemampuan ADL pasien.
2.
Observasi
kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
3.
Observasi
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
4.
Berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan.
5.
Anjurkan
pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien
melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
|
1.
Mempengaruhi
pilihan intervensi/bantuan.
2.
Menunjukkan
perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/risiko cedera.
3.
Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
4.
Meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
5.
Meningkatkan
aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina
tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
|
6
|
Setelah diberikan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien mengerti dan memahami tentang
penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil :
·
pasien
menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
·
mengidentifikasi
factor penyebab.
·
Melakukan
tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
|
1.
Berikan
informasi tentang anemia spesifik & program terapi yang diberikan.
2.
Tinjau
tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
3.
Kaji
tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
4.
Berikan
penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
5.
Anjurkan
klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
6.
Minta
klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
|
1.
Memberikan
dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
2.
Ansietas/ketakutan
tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
3.
Megetahui
seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
4.
Dengan
mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
5.
Diet
dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
6.
Mengetahui
seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
|
7
|
Setelah diberikan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
·
mengidentifikasi
perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
·
meningkatkan
penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
|
1.
Ajarkan
teknik cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan kepada pasien.
2.
Pertahankan
teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
3.
Berikan
perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
4.
Motivasi
perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
5.
Tingkatkan
masukkan cairan adekuat.
6.
Pantau/batasi
pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
7.
Pantau
suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
8.
Amati
eritema/cairan luka.
9.
Berikan
antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
|
1. Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial
2. Menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
3. · Menurunkan
risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
4. Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5. Membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan
dan ginjal.
6. Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan
isolasi dibutuhkan pada anemia, bila respons imun sangat terganggu.
7. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
8. Indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus
mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
9. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
and Suddart, 2003 Keperawatan MedicalBedah.
Jakarta : EGC.
Doengoes,
Marilyn F. 2005, Nursing Diagnosis Manual.
Philadelphia : Davis Company
Farncis,
Caia. 2011 Perawatan Respirasi
Jakarta : Erlangga
Kowalk,
Jenifer P. 2011 Buku Ajar Patofisiologi.
Jakarta : EGC
Kumar,
Vinai. 2007. 2007 Buku Ajar Patologi,
Jakarta:EGC
Nanda,
2013, Buku Saku Diagnosa, Jakarta :
EGC
Suyono,
Slamet, 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi ke 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Arif
Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv
Laprus FKUI.
Marlyn E.
Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
Nasrul
Effendi,2004. Pengaturan Proses
Keperawatan, Jakarta, EGC.
Sylfia
A. Price, 2005. Patofisiologi, Jakarta, EGC.
Patrick Davay, 2002, At A Glance
Medicine, Jakarta, EMS