Friday 17 April 2020

Makalah anemia


TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian

Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah untuk mengangkut oksigen kesekitar tubuh. (WHO, 2014)
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
B.    Etiologi
Kejadian anemia disebabkan oleh kurang tersedianya makanan yang mengandung zat besi, dan kebiasaan konsumsi makanan yang mengganggu penyerapan zat besi ( seperti kopi dan teh) yang dikonsumsi secara bersamaan, pola makan sehari-hari yang salah, kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan zat gizi, sosial ekonomi rendah dan komplikasi penyakit tertentu misalnya infeksi cacingan, malaria dan talasemia. (Wijanarko,2012).
Penyebab umum dari anemia antara lain : Kekurangan Zat besi, perdarahan usus,perdarahan,genetik,kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, gangguan sumsum tulang.
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena :
a.    Peningkatan destruksi eritrosit,contohnya pada penyakit gangguan     sistem imun,talasemia.
b.    Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan nutrisi.
c.    Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut,perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis dan trauma.

C.   Patofisiologi dan Pathways
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistimdalam tubuh, antara lain: penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia, (badan kurus kerempeng), gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5 L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Gejala lain adalah munculnya sklera( warna pucat dibagian kelopak mata bawah). Anemi bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurangtenaga, dan kepala terasa melayang. Jika anemi bertambah berat bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.  (Marilyn E, Doenges, 2004)
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:
1.    hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2.    derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. (Sylfia A. Price, 2005)


PATHWAY         
            


D.   Gambaran Klinis
Tanda
:
Takikardi / takipnea; dispnea pada bekerja / istirahat, letargi,). menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Pusat (telapak tangan, konjungtiva). Koilonikia (kuku berbentuk sendok).
Ataksia, tubuh tidak tegak dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.


Gejala
:
Keletihan, kelemahan, malaise umum kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

E.    Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, mikrositik hipokrom, psikilositosis, sel target, serum iron (Si) rendah dan iron binding capacity (IBC) meningkat.Hasil pemeriksaan sumsum tulang sistem eritropoetik hiperaktif dengan sel mormoblas poikromatofil yang predominan. (Patrick Davay, 2002)
F.    Penatalaksanaan
1.    Penatalaksanaan Medik
Pengobatan kausal
·         Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
·         Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Agar penyerapannya di usus meningkat di berikan vitamin C, dan penambahan protein hewani, diharapkan kenaikan HB 1g/dl setiap 1-2 minggu. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
·         Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat. (Arif Mansjoer, 2004)
2.    Asuhan Keperawatan
a.    Pengkajian
Dengan pengumpulan data pasien baik subyektif atau objektif pada kasus anemia adalah sebagai berikut :
·         Identifikasi pasien dan keluarga
Nama,umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, gol darah
·         Riwayat kesehatan
     Riwayat kesehatan sekarang
            Pada umunya pasien pada kasus ini (anemia), terjadi penurunan hb dalam batasan normal dan ditemukan pada perubahan fisik yang berupa lemah, letih, lesu, kurang tertarik pada aktifitas.
Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu haruslah diketahui dengan baik tentang riwayatnya maupun penyakit sistemik lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
            Dalam riwayat kesehatan keluarga dapat diketahui riwayat penyakit yang menular ataupun menurun (herediter) seperti hipertensi, DM dan pada diri klien.
·         Pola Fungsi Kesehatan
1)     Aktivitas / stirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu  menurun, postur  lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2)     Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara premature.
3)     Integritas   ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakantransfuse darah.
Tanda :depresi.
4)     Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen.
5)     Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. 
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
6)     Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis.
7)     Nyeri/kenyamanan
Gejala:nyeri abdomen, sakit kepala
8)     Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda   :  takipnea,ortopnea dan dispnea.
9)     Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan          luka buruk,sering         infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10)   Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore. Hilang libido(priadan   wanita). Imppoten.
Tanda :serviks dan dinding vagina pucat.
b.    Diagnosa Keperawatan
a.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hb dalam darah.
b.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan .
c.    Nyeri berhubungan dengan sakit kepala dan nyeri abdomen
d.    Konstipasi  berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
e.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan .
f.     Kurang pengetahuan berehubungan dengan kurang informasi .
g.      Risiko infeksi berhubungan dengan  tidak adekuatnya pertahanan sekunder.
c.    Intervensi
No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Pasien menunjukan perfusi jaringan yang meningkat.
 Kriteria hasil :
·       menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
·       Tidak terjadi sianosis
·       Kapilarirefil < 3dtk.
·       Kulit tidak pucat
·       Membran mukosa lembab
·       Kuku dan rambut kuat
1.     Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

2.     Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.


3.     Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.



4.     Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.


5.     Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
1.     Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
2.     Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan keb. intervensi.
3.     Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
4.     Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
5.     Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
2
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan  kebutuhan nutrisi terpenuhi
 Kriteria hasil :
·       menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
·       tidak mengalami tanda mal nutrisi.
·       Mual muntah menurun
·       Terjadi kenaikan BB
·       Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
1.     Observasi riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2.     Observasi dan catat masukkan makanan pasien.


3.     Timbang berat badan setiap hari.


4.     Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.

5.     Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
6.     Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi.
1.      Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2.      Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.      Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4.      Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
5.      Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6.      Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
3
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan nyeri berkurang. Kriteria hasil :
·       Px mengungkapkan  peningkatan perasan nyaman
·       Px melaporkan tidak ada sakit kepala atau nyeri abdomen
1.     Pertahankan lingkungan yang tenang

2.     Mempertahankan tirah baring selama pasien nyeri (akut)
3.     Bantu px dalam ambulasi sesuai dengan kebutuhan




4.     Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan rasa sakit, misalnya, redupkan lampu kamar, pijatan, dan tehnik relaksasi
5.     KolaborasiBerikan sesuai indikasi : analgetik

1.     Lingkungan yang tenang dapat meningkatkan kenyamanan px
2.     Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi
3.     Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Px juga mengalami hipotensi postural
4.     Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit




5.     Untuk menurunkan atau menngontrol nyeri dan menurunkan rangsang sisitem saraf simpatis
4
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama  3x24 jam diharapkan  pola eliminasi klien normal dari fungsi usus
Kriteria hasil :
·       menunjukkan perubahan pola eliminasi BAB dengan konsistensi lembek , frekuensi sesuai kebiasaan, warna khas feses.
1.     Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.


2.     Auskultasi bunyi usus.



3.     Awasi intake dan output (makanan dan cairan).



4.     Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari




5.     Hindari makanan yang membentuk gas.

6.     observasi kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
7.     Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)





8.     Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
9.     Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.

10.  Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
1.     Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat
2.     Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3.     Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
4.     Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
5.     Menurunkan distress gastric dan distensi abdomen.
6.     Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.




7.     Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
8.     Menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
9.     Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
10.  Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
5
Setelah diberiakan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
 Kriteria hasil :
·       melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
·       menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
1.     Observasi kemampuan ADL pasien.
2.     Observasi kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.


3.     Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.



4.     Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

5.     Anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
1.     Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2.     Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3.     Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4.     Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5.     Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
6
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan  pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil :
·       pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
·       mengidentifikasi factor penyebab.
·       Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
1.     Berikan informasi tentang anemia spesifik & program terapi yang diberikan.





2.     Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.




3.     Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.


4.     Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.



5.     Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
6.     Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
1.     Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
2.     Ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
3.     Megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
4.     Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
5.     Diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
6.     Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
7
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi.
 Kriteria hasil :
·       mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
·       meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
1.     Ajarkan teknik cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan kepada pasien.
2.     Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
3.     Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
4.     Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.

5.     Tingkatkan masukkan cairan adekuat.






6.     Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.



7.     Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
8.     Amati eritema/cairan luka.




9.     Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
1.   Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial

2.   Menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

3.   ·   Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
4.   Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5.   Membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
6.   Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia, bila respons imun sangat terganggu.
7.   Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
8.   Indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.

9.   Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.








DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart, 2003 Keperawatan MedicalBedah. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn F. 2005, Nursing Diagnosis Manual. Philadelphia : Davis Company

Farncis, Caia. 2011 Perawatan Respirasi Jakarta : Erlangga

Kowalk, Jenifer P. 2011 Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

Kumar, Vinai. 2007. 2007 Buku Ajar Patologi, Jakarta:EGC

Nanda, 2013, Buku Saku Diagnosa, Jakarta : EGC

Suyono, Slamet, 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Laprus FKUI.
Marlyn E. Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
Nasrul Effendi,2004.  Pengaturan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC.
Sylfia A. Price, 2005. Patofisiologi, Jakarta, EGC.
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

No comments:

Post a Comment

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...