Friday 17 April 2020

Makalah Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN

A.           DEFINISI
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2011). Menurut Direja, (2011) halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Sedangkan halusinasi menurut Keliat dan Akemat, (2010) adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan penghiduan, atau pendengaran.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007). Halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara, paling sering adalah suara orang, berbicara kepada klien atau membicarakan klien. Mungkin ada satu atau banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal. Berbentuk halusinasi perintah yaitu suara yang menyuruh klien untuk mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau orang lain dan di anggap berbahaya (Videbeck, 2008).
Berdasarkan beberapa pengertian dari halusinasi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah dimana klien mendengarkan suara, terutama suara-suara orang yang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan oleh klien dengan tindakan.


B.           RENTANG RESPON HALUSINASI
1.         Respon adaptif
Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut Stuart,  (2007) meliputi :
a.         Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
b.        Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c.         Emosi konsisten dengan pengalaman berupa kemantapan perasaan jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
d.        Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.
e.         Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah masyarakat.
2.         Respon transisi
Respon transisi berdasarkan rentang respon halusinasi menurut Stuart, (2007) meliputi:
a.         Pikiran terkadang menyimpang berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.
b.        Ilusi merupakan persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus    sensori.
c.         Emosi berlebihan/dengan kurang pengalaman berupa reaksi emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
d.        Perilaku ganjil/tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas  kewajaran.
e.         Menarik diri yaitu perilaku menghindar dari orang lain baik dalam berkomunikasi ataupun berhubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya.
3.         Respon maladaptif
Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut Stuart, (2007) meliputi:
a.         Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b.        Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap rangsangan.
c.         Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidakmampuan atau menurunya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban, dan kedekatan.
d.        Ketidakteraturan Perilaku berupa ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
e.         Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

C.           FASE-FASE HALUSINASI
Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi oleh intensitas keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut Direja, (2011) Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu fase comforting, fase condemming, fase controlling, dan fase conquering. Adapun penjelasan yang lebih detail dari keempat fase tersebut adalah sebagai berikut  :

1.         Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik atau Sifat :
Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan. klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku Klien  :
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2.         Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakterisktik atau Sifat :
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku Klien  :
Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
3.         Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik
Karakterisktik atau Sifat :
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku Klien  :
Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
4.         Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.Termasuk dalam psikotik berat.
Karakterisktik atau Sifat :
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku Klien  :
Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

D.           ETIOLOGI
1.         Faktor Predisposisi
Menurut Yosep, (2011) ada beberapa faktor penyebab terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, genetic dan poala asuh. Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
a.         Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b.        Faktor Sosikultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkuanganya sejak bayi (Unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkunagannya.

c.         Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.
d.        Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e.         Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua Skizofrenia cenderung mengalami Skizofrenia. Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2.         Faktor Presipitasi
Menurut Stuart, (2007) ada beberapa faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor biologis, faktor stress lingkungan, dan faktor sumber koping. Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut ini :
a.         Faktor Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b.        Faktor Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c.         Faktor Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.



E.           TANDA DAN GEJALA
Menurut Videbeck, (2008) ada beberapa tanda dan gejala pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dilihat dari data subyektif dan data obyektif  klien, yaitu :
1.         Data Subyektif:
a.            Mendengar suara atau bunyi.
b.           Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
c.            Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
d.           Mendengar seseorang yang sudah meninggal.
e.            Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain bahkan suara lain yang membahayakan.
2.         Data Obyektif.
a.            Mengarahkan telinga pada sumber suara.
b.           Bicara sendiri.
c.            Tertawa sendiri.
d.           Marah-marah tanpa sebab.
e.            Menutup telinga.
f.            Mulut komat-kamit.
g.           Ada gerakan tangan.

F.            JENIS-JENIS HALUSINASI
Menurut Stuart, (2007) jenis-jenis halusinasi dibedakan menjadi 7 yaitu Halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, perabaan, senestetik, dan kinestetik. Adapun penjelasan yang lebih detail adalah sebagai berikut :
1.            Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
2.            Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar karton, atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.


3.            Halusinasi penciuman
Karakteristik : Mencium bau-bau seperti darah, urine, feses, umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan dimensia.
4.            Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikan seperti darah, urine, atau feses.
5.            Halusinasi Perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6.            Halusinasi Senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7.            Halusinasi Kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.


G.          POHON MASALAH
RESIKO MENCEDERAI DIRI, ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN
 
Effect
 
 

Core Problem
 
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
 
                                                                                                    
                                
                                                                                                    
ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI
 
                                                                          
                                                                                                      
Causa
 
GANGGUAN KONSEP DIRI :       HARGA DIRI RENDAH
 
 






(Sumber : Keliat, 2006)



H.           PENATALAKSANAAN
Menurut Townsend, (2003) ada dua jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut :
1.         Terapi Farmakologi
a.         Haloperidol (HLP)
1)         Klasifikasi antipsikotik, neuroleptik, butirofenon.
2)         Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah prilaku berat pada anak-anak.
3)         Mekanisme kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, tampak menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi reticular otak, mesenfalon dan batang otak.
4)         Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.
5)         Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.
b.        Chlorpromazin
1)         Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetik.
2)         Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.
3)         Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsiotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, namun mungkin berhubungan dengan efek antidopaminergik. Antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine postsinaps pada ganglia basal, hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.
4)         Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-sum tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.
5)         Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik, hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.
c.         Trihexypenidil (THP)
1)         Klasifikasi antiparkinson
2)         Indikasi
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat antiparkinson
3)         Mekanisme kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.
4)         Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup, hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.
5)         Efek samping
Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.
2.         Terapi non Farmakologi
a.            Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b.           Elektro Convulsif  Therapy(ECT)
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.
c.            Pengekangan atau pengikatan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya,cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah/mengamuk.

I.              KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.         PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Menurut Keliat, (2006) tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) aspek, yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. isi pengkajian meliputi:
a.         Identitas klien.
b.        Keluhan utama/ alasan masuk.
c.         Faktor predisposisi.
d.        Faktor presipitasi.
e.         Aspek fisik/ biologis.
f.         Aspek psikososial.
g.        Status mental.
h.        Kebutuhan persiapan pulang.
i.          Mekanisme koping.
j.          Masalah psikososial dan lingkungan.
k.        Pengetahuan.
l.          Aspek medik.
Menurut Stuart,  (2007)  data  pengkajian  keperawatan  jiwa  dapat dikelompokkan  menjadi  pengkajian  perilaku,  faktor  predisposisi,  faktor presipitasi , penilaian terhadap stressor, sumber  koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien.
Pengkajian tersebut dapat diuraikan menjadi :
a.         Pengkajian perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan persepsi mengacu pada identifikasi dan  interpretasi  awal  dari  suatu  stimulus  berdasarkan  informasi  yang diterima  melalui  panca  indra  perilaku  tersebut  digambarkan  dalam rentang  respon  neurobiologis  dari  respon  adaptif,  respon  transisi  dan respon maladaptif.
b.        Faktor predisposisi
Faktor  predisposisi  yang  berpengaruh  pada  pasien  halusinasi  dapat mencakup:
1)        Dimensi biologis
Meliputi  abnormalitas  perkembangan  sistem  syaraf  yang berhubungan  dengan  respon  neurobiologis  maladaptif  yang ditunjukkan melalui hasil penelitian pencitraan otak, zat kimia otak dan  penelitian  pada  keluarga  yang  melibatkan  anak  kembar  dan anak  yang  diadopsi  yang  menunjukkan  peran  genetik  pada skizofrenia.


2)        Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis  yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. 
3)        Sosial budaya
Stres  yang  menumpuk  dapat  menunjang  awitan  skizofrenia  dan gangguan  psikotik  lain,  tetapi  tidak  diyakini  sebagai  penyebab utama gangguan.
c.         Faktor presipitasi
Stressor pencetus terjadinya gangguan persepsi sensori : halusinasi diantaranya:
1)        Stressor  biologis 
Stressor  biologis  yang  berhubungan  dengan  respon  neurobiologis maladaptif  meliputi gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak  yang  mengatur  proses  informasi  dan  abnormalitas  pada mekanisme  pintu  masuk  dalam  otak  yang  mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
2)        Stressor lingkungan
Ambang  toleransi  terhadap  stres  yang  ditentukan  secara  biologis berinteraksi  dengan  stresor  lingkungan  untuk  menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3)        Pemicu gejala
Pemicu  merupakan  perkusor  dan  stimuli  yang  menimbulkan episode  baru  suatu  penyakit.  Pemicu  biasanya  terdapat  pada respons  neurobiologis  maladaptif  yang  berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.
d.        Penilaian stressor
Tidak  terdapat  riset  ilmiah  yang  menunjukkan  bahwa  stres menyebabkan  skizofrenia.  Namun,  studi  mengenai  relaps  dan eksaserbasi  gejala  membuktikan  bahwa  stres,  penilaian  individu terhadap  stressor,  dan  masalah  koping  dapat  mengindikasikan kemungkinan kekambuhan gejala.
e.         Sumber koping
Sumber  koping  individual  harus  dikaji  dengan  pemahaman  tentang pengaruh  gangguan  otak  pada  perilaku.  Kekuatan  dapat  meliputi modal, seperti intelegensi atau kreativitas yang tinggi.


f.         Mekanisme koping
Perilaku  yang  mewakili  upaya  untuk  melindungi  pasien  dari pengalaman  yang  menakutkan  berhubungan  dengan  respon neurobiologis maladaptif meliputi:
1)        Regresi,  berhubungan dengan masalah proses  informasi dan upaya untuk  mengatasi  ansietas,  yang  menyisakan  sedikit  energi  untuk aktivitas hidup sehari-hari.
2)        Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3)        Menarik diri

2.         DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Keliat, (2006) diagnosa keperawatan Halusinasi adalah sebagai berikut :
a.         Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
b.        Isolasi sosial : menarik diri.
c.         Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
d.        Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3.         Rencana Tindakan Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1.     
Gangguan persepsi sensori :  halusinasi pendengaran
-     Pasien dapat mengenali dan mengontrol halusinasinya
-     Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
-    Ekspresi wajah pasien bersahabat
-    Ada kontak mata
-    Pasien menunjukkan rasa senang
-    Pasien mau berjabat tangan
-    Pasie mau menyebut nama
-    Pasien mau menjawab salam
-    Pasien mau duduk berdampingan dengan perawat
1.      Bina hubungan saling percaya
-      Beri salam/panggil nama
-      Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan
-      Jelaskan maksud dan tujuan interaksi
-      Jelaskan maksud dan tujuan interaksi
-      Jelaskan dengan kontrak yang akan dibuat
-      Beri rasa aman dan sikap empati
-      Lakukan kontak singkat tapi sering
-     Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan pasien
2.      Dorong pasien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya
-     Ungkapan perasaan pasien sebagai bukti mempercayai perawat




3.      Dengarkan ungkapan pasien dengan rasa empati
-     Empati perawat meningkatkan hubungan terapeutik perawat dan pasien

-     Pasien dapat mengenal halusinasinya
-    Pasien dapat menyebutkan jenis, waktu, isi, situasi frekuensi dan respon halusinasinya
-    Pasien mampu mengontrol halusinasi
1.      Bina hubungan saling percaya, beri salam, sebut nama sambil jabat tangan, jelaskan maksud interaksi
-     Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik
2.      Bantu pasien mengenal halusinasinya (jenis,isi, waktu situasi, frekuensi saat terjadi halusinasi)
-     Membantu pasien dalam memperkenalkan halusinasinya
3.      Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaanya
-     Menegtahui koping pasien sebagai data intervensi keperawatan
4.      Latih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan dengan cara menghardik, tahapan tindakan meliputi:
-      Jelaskan cara menghardik
-      Peragakan cara menghardik halusinasi
-     Latihan dilakukan disaat tanda dan gejala muncul sehingga dengan cara ini pasien dapat mengontrol halusinasi
-     Pasien dapat mengontrol halusinasinya
-    Pasien mampu menyebutkan kegiatan yang telah dilakukan
-    Pasien mampu memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain
1.      Evaluasi kegiatan yang lalu
2.      Latihan bicara/bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
-     Mengetahui hasil evaluasi SP 1
3.      Masukkan dalam kegiatan jadwal pasien
-     Mengetahui kegiatan pasien
4.      Dorong pasien untuk memilih cara yang disukai untuk mengontrol halusinasi
-     Memberi kesempatan pasien untuk memilih cara sesuai kehendak dan kemampuan.
Pasien dapat memutus halusinasinya
-    Pasien mampu menyebutkan kegiatan yang dilakukan
-    Pasien mampu membuat jadwal kegiatan sehari hari dan mampu memperagakan
1.    evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
-     Mengenal SP 1 dan SP 2 halusinasi
2.    Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
-      Jelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
-      Diskusikan aktifitas yang dilakukan oleh pasien
-     Membantu dalam menontrol halusinasi sehari-hari melalui aktifitas rutin
3.    Latih pasien melakukan aktifitas

4.    Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari bangun tidur sampai tidur lagi)
-     Melatih pasien untuk menyususn jadwal aktivitas
5.    Pantau pelaksanaan kegiatan berikanpenguatan/motivasi terhadap perilaku pasien yang positif
-     Meningkatkan rasa percaya diri pasien


Pasien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
-    Pasien mampu melakukan kegiatan yang telah dilakukan
-    Pasien mampu menyebutkan manfaat dari program pengobatan
1.    Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, SP 2, SP 3)
-     Mengetahui SP 1, SP 2, SP 3 halusinasi
2.    Tanyakan pada pasien tentang pengobatan yang sedang dijalani
-     Minum obat secara teratur dengan prinsip 6B akan mempercepat penyembuhan
3.    Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada pasien gangguan jiwa

4.    jelaskan akibat obat bila tidak digunakan sesuai program

5.    Jelaskan akibat bila putus obat

6.    Jelaskan cara mendapatkan obat

7.    Jelaskan penggunaan obat dengan tehnik 5B

8.    Latih pasien minum obat

9.    Masukkan jadwal kegiatan harian



Tindakan keperawatan untuk keluarga
1.    Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2.    Pendidikan kesehatan tentang:
-      Pengertian halusinasi
-      Jenis halusinasi yang dialami pasien
-      Tanda dan gejala halusinasi
-      Cara merawat pasien dengan halusinasi
-    Keluarga mampu mengidentifikasi masalah yang dialami untuk merawat pasien dirumah dan mencari solusinya.
-    Keluarga mengetahui dan paham tentang halusinasi yang dialami pasien
1.    Bina hubungan saling percaya dengan keluarga pasien
2.    Tanyakan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
3.    Jelaskan tentang halusinasi meliputi:
-      Penegrtian
-      Tanda dan gejala
-      Cara merawat pasien halusinasi
4.    Jelaskan cara untuk mengontrol halusinasi
-      Jangan membantah halusinasi yang dilami pasien, tetapi itu tidak nyata bagi keluarga
-      Jangan biarkan pasien melamun dan  sendiri
-      Bantu pasien minum obat secara teratur
-      Bila halusinasi muncul, putus halusinasi dengan cara menepuk punggung pasien dan suruh pasien untuk menghardik suara tersebut.

-      Mengidentifikasi faktor-faktor yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
-      Keluarga berambah pengetahuan tentang penyakit yang dialami pasien dan bisa melakukan perawatan selama di rumah.


3.    Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan petugas
-  Keluarga mampu memperagakan cara memutus halusinasi yang dialami pasien
-     Berikan kesempatan keluarga untuk mempraktekkan langsung cara memutus halusinasi.
-      Evaluasi kemampuan keluarga dalam perawatan pasien selama di RS


4.    Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
-  Keluarga dapat mengidentifikasi kegiatan yang bisa dilakukan pasien dirumah
-  Keluarga mampu mengidentifikasi hal-hal yang perlu diawasi selama pasien dirumah

-     Jelaskan kegiatan pasien selama di RS
-     Lakukan verifikasi apakah jadwal kegiatan di RS bisa dilakukan dirumah
-     Jelaskan jika pasien selama dirumah tidak menunjukkan perbaikan, segera menghubungi petugas kesehatan. seperti perilaku membahayakan orang lain, terus menerus mendengar suara-suara bisikan

2.     
Isolasi sosial : menarik diri
-     Pasien  dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
-     Bina hubungan saling percaya dengan

Pasien  dapat mengungkapkan perasaanya dan keberadaaanya saat ini secara verbal.
-     Pasien  mau menjawab salam
-     Ada kontak mata
-     Pasien mau berjabat tangan
-     Pasien mau berkenalan
-     Pasien mau menjawab pertanyaan
-     Pasien mau duduk berdampingan dengan perawat
-     Klien mau mengungkapkan perasaannya
1.    Bina hubungan saling percaya
-     Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
-     Perkenalkan diri dengan sopan
-     Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien
-     Jelaskan tujuan pertemuan
-     Buat kontrak interaksi yang jelas
-     Jujur dan tepati janji
-     Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
-     Berikan perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar

-      Memfasilitasi keterbukaan dalam mengungkapkan dan penyelesaian masalah


-     Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
-     Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri yang berasal dari  diri  sendiri, Orang lain atau lingkungan
1.    tanyakan pada pasien tentang:
-    orang yang tinggal serumah
-    orang yang paling dekat dengan pasien dirumah/dirumah sakit.
-    Orang yang tidak dekat dengan pasien
-    Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang tersebut
-    Upayakan yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
-        Memfasilitasi pasien untuk mengungkapkan orang terdekat dalam kehidupan pasien
2.    Kaji penegtahuan pasien tentang perilaku mnarik diri dan tanda-tandanya
-      Perilaku menarik diri dapat teridentifikasi lebih awal
3.    Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri/tidak mau bergaul dengan orang lain
-      Dapat melakukan penatalaksanaan sesuai penyebab
4.    Beri pujian terhadap kmampuan pasien mengungkapkan perasaanya
-      Meningkatkan rasa percaya diri pasien


-     Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugiannya
-     Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misal:
·      Banyak teman
·      Tidak kesepian
·      Bisa diskusi
Saling menolong


-     Pasien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain misal:
·      Sendiri
·      Tidak punya teman
·      Kesepian
·      Tidak ada teman ngobrol
1.     Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan bergaul dengan orang lain
-        Dengan pengetahuan pasien tentang berteman pasien dapat berinteraksi dengan teman
2.     Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaanya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
-        Ungkapan perasaan pasien diperlukan agar pasien lebih terbuka
3.     Diskusikan kepada pasien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
-        Menjadikan pasien memiliki banyak teman
4.     Beri pujian terhadap kemampuan pasien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain
-        Meningkatkan rasa percaya diri pasien
5.     Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
-        Dengan pengetahuan pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
6.     Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan dengan orang lain
-        Ungkapan perasaan pasien diperlukan agar pasien lebih terbuka
7.     Diskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak tidak berhubungan dengan orang lain
-         
8.     Beri pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
-        Meningkatkan rasa percaya diri


-     Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
-     Setelah interaksi pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan :
·      Pasien-perawat
·      Pasien-perawat-perawat lain
·      Pasien-perawat-perawat lain-pasien lai
·      Pasien-kelompok kecil
·      Pasien-kelompok kesil/keluarga/ masyarakat
1.    Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain
-        Dapat menegtahui kemajuan dari pasien
2.    Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/berkomunikasi dengan orang lain melalui:
-    Pasien-perawat
-    Pasien-perawat-perawat lain
-    Pasien-perawat-perawat lain-pasien lain
-    Pasien-kelompok kecil
-    Pasien-kelompok kesil/keluarga/ masyarakat
-        Meningkatkan komunikasi dengan orang lain
3.    Beri pujian terhadap keberhasilan yang telah dicapai
-        Dapat meningkatkan percaya diri pasien
4.    Bantu pasien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
-        Mengetahui manfaat berteman
5.    Motivasi dan libatkan pasien untuk mengikuti kegiatan terapi kelompok sosialisasi
-        Solusi agar pasien lebih interaktif terhadap lingkungan
6.    Diskusikan jadwal kegiatan harian yang telah dilakukan untuk meningkatkan klien
-        Solusi agar pasien dapat bersosialisasi
7.    Beri motivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat
-        Mengajarkan disiplin
8.    Berikan pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
-        Meningkatkan percaya diri pasien


-     Pasien mampu mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain
-     Setelah interaksi pasien dapat berhubungan dengan orang lain untuk :
·      Diri sendiri
·      Orang lain
·      kelompok
1.         dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain/kelompok
-        meningkatkan respon emosi pasien
2.         Diskusikan dengan pasien manfaat berhubungan dengan orang lain
-        Pasien dapat mengetahui manfaat berteman
3.         Beri pujian atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaan, manfaat berhubungan dengan orang lain
-        Meningkatkan rasa percaya diri
-     Pasien dapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
-     Setelah pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang :
·      Pengertian menarik diri
·      Tanda dan gejala
·      Penyebab dan akibat menarik diri
·      Cara merawat pasien menarik diri
1.    Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri
-        Dukungan keluarga diperlukan untuk mengatasi perilaku dari pasien
2.    Diskusikan dengan anggota keluarga tentang
-    Perilaku menarik diri
-    Tanda gejala menarik diri
-    Penyebab perilaku menarik diri
-    Cara keluarga menghadapi pasien yang sedang menarik diri
-        Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penanganan jika terjadi ulangan penyakit dari pasien
3.    Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi perilaku menarik diri
-        Keluarga adalah orang terdekat pasien, sehingga memudahkan interaksi
4.    Latih keluarga cara merawat pasien menarik diri
-        Memandirikan keluarga dalam merawat pasien
5.    Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
-        Memandirikan keluarga dalam merawat pasien
6.    Dorong anggota keluarga untuk memeberikan dukungan kepada pasien berkomunikasi dengan orang lain
-        Dukungan keluarga sangat berarti dalam meningkatkan keyakinan pasien
7.    Anjurkan anggota keluarga untuk rutin bergantian mengunjungi pasien
-        Kunjungan keluarga dapat menjadi motivasi pasien
8.    Beri pujian atas hal yang telah dicapai dan keterlibatan keluarga merawat pasien dirumah sakit
-        Meningkatkan dukungan keluarga dalam merawat pasien


-     Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik
-     Setelah interaksi pasien menyebutkan:
·      Manfaat minum obat
·      Kerugian tidak minum obat
·      Nama, warna ,dosis, efek terapi dan efek samping obat

Pasien dapat mendemostrasikan penggunaan obat dan meneyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
1.    Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat
-        Meningkatkan kepatuhan pasien minum obat
2.    Pantau pasien saat penggunaan obat
-        Mengetahui keinginan dalam proses
3.    Anjurkan pasien minta sendiri obat pada perawat agar dapat merasakan manfaatnya
-        Kesadaran penggunaan/manfaat minum obat
4.    Beri pujian bila pasien menggunakan obat dengan benar
-        Meningkatkan percaya diri
5.    Diskusikan akibat minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
-        Pasien mengetahui akibat tidak patuh minum obat
6.    Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
-        Memberikan pengetahuan pasien tentang hal yang dapat muncul atas efek samping obat
3.     
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
-     Pasien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain dan lingkungannya
-     Pasien dapat membina hubungan saling percaya
·      Wajah cerah
·      Mau berkenalan
·      Ada kontak mata
·      Mau berjabat tangan
·      Mau menjawab salam
·      Mau menyebut nama
·      Bersedian menceritakan perasaan
1.    Bina hubungan saling percaya dengan :
-    Beri salam
-    Perkenalkan nama, panggilan perawat
-    Tujuan interaksi
-    Tanyakan nama dan nama panggilan
-    Tunjukkan sikap empati jujur dan menempati janji
-    Tanyakan perasaan
-    Buat kontrak interaksi dengan jelas
-    Dengarkan dengan penuh perasaan
-        Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
2.    Dorong pasien mengungkapkan perasaannya
-        Mengetahui masalah yang dialami pasien
3.    Dengarkan pasien dengan penuh perhatian dan empati
-        Agar pasien merasa diperhatikan


-     Pasien dapat mengenal halusinasinya
-     Pasien dapat mengenal halusinasinya
·      Pasien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata
1.    Adakan kontak sering dan singkat
-        Menghindari waktu kunjung yang dapat menimbulkan halusinasi
2.    Observasi segala perilaku pasien verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasinya.
-        Halusinasi harus dikenal terlebih dahulu agar intervensi efektif
3.    Terima halusinasi pasien sebagai hal yang nyata bagi pasien tetapi tidak nyata bagi perawat
-        Meningkatkan realita pasien dan rasa percaya pasien


-      
·      Pasien dapat meneyebutkan situasi yang dapat menimbulkan dan tidak halusinasi
1.    Diskusikan dengan pasien hal yang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi
-        Peran serta pasien membentu dalam melakukan intervensi keperawatan
2.    Diskusikan dengan pasien faktor predisposisi terjadinya halusinasi
-        Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam mengontrol halusinasi
-     Pasien dapat mengontrol halusinasinya
-     Pasien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan bila muncul halusinasi
-     Pasien dapat meneyebutkan cara memutus halusinasinya
1.     Diskusikan dengan pasien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasi muncul
-        Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya
2.     Diskusikan dengan pasien tentang memutuskan halusinasinya
-        Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara memutus halusinasi
3.     Dorong pasien menyebutkan kembali cara memutus halusinasi
-        Hasil diskusi sebagai bukti dari bukti dari perhatian pasien atas apa yang dijelaskan
4.     Beri pujian atas keberhasilan pasien
-        Meningkatkan harga diri pasien
-     Pasien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinasinya
-     Pasien mau minum obat dengan teratur
1.     Diskusikan dengan pasien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.
-        Meningkatkan pengetahuan pasien tentang fungsi obat yang diminum agar pasien mau minum obat secara teratur


-     Pasien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya
-     Pasien mendapat sistem pendukung keluarga
1.     Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yang dilakukan dalam merawat pasien bila halusinasinya muncul.
-        Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat pasien
2.     Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat pasien yaitu janagan biarkan pasien meneyendiri selalu berinteraksi dengan pasien, anjurkan pasien untuk minum obat dengan rajin, setelah pulang kontrol satu kali dalam sebulan.
-        Meningkatkan penegatahuan keluarga tentang cara merawat pasien
4.     
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
-     Pasien menunjukkan peningkatan harga diri

-    Pasien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya

1.    Pasien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
-    Bina hubungan perawat pasien yang terapeutik
-    Salam terapeutik
-    Komunikasi terbuka jujur, dan empati
-    Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan pasien terhadap perubahan tubuh
-    Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan (pendidikan kesehatan, dukungan , konseling dan rujukan)
-        Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi


-  Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek pasitif yang dimiliki
-     Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki.
1.    Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien dirumah sakit, dirumah, dalam keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2.    Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarka setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif
-        Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki


-  Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
-     Pasien mampu menyebutkan kemampuan positif yang dapat digunakan
1.    Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.
2.    Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien
3.    Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
-        Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan


-  Pasien dapat menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
-     Pasien mampu memilih kemampuan yang akan dilatih
1.    Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
2.    Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien.berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien
-        Membantu pasien memilih/ menetapkan kemampuan yang akan dilatih


-  Pasien dapat  melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
-     Pasien mampu melakukan kegiatan yang telah dipilih, sesuai kemampuan
1.    Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
2.    Bersama pasien memeperagakan kegiatan yang ditetapkan
3.    Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
-        Melatih kemampuan yang dipilih pasien
-  Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
-     Pasien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dilatih sesuai kemampuan
1.    Memberi kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
2.    Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
3.    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
4.    Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
-        Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.



No comments:

Post a Comment

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...