Sunday 30 October 2016

Makalah Akut Myeloid Leukimia

Akut Myeloid Leukimia (AML)
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian
Akut Myeloid Leukimia (AML) adalah kegagalan sumsum tulang akibat di gantinya elemen normal sumsum tulang oleh blas (sel darah yang masih muda) leukemik (Robbins, 2007).
Akut Myeloid Leukimia (AML) adalah suatu penyakit yang di tandai dengan transformaasi neoplastik dan gangguan diferensi sel-sel progenitor dari sel mieloid (sifat kemiripan dengan sumsum tulang belakang) (Kurniandra, 2007).
Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL) adalah suatu poliferasi ganas dari limfoblast (Handayani dan Haribowo, 2008).

B.     Etiologi
Sedangkan menurut Shu yang di kutip dari Permono (2012) melaporkan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi alkohol menigkatkan resiko terjadinya Leukimia pada bayi terutama AML.
Faktor lain prnyebab AML adalah:
1.    Benzene : suatu senyawa kimia yang di gunakan pada industri penyamakan kulit di Negara sedang berkembang.
2.    Radiasi ionik : di ketahui dari penelitian tentang tingginya insidensi kasus leukemia, termasuk AML, pada orang-orang yang selamat dari serangan bom atom di Hirosima dan Nagasaki.
3.    Trisomi kromosom : pada pasien yang terkena sindrom down mempuyai resiko 10 hingga 18 kali lebih tinggi untuk menderita leukemia.
4.    Pengobatan dengan kemoterapi (Kurnianda,2007).

C.    Manifestasi klinis
Tanda dan gejala AML digolongkan menjadi 3 golongan besar:
1.    Gejala kegagalan sumsung tulang, yaitu:
a.    Anemia minimbulkan gejala pucat dan lemah.
b.    Netropenia menimbulkan infeksi yang ditandai oleh demam, infeksi rongga mulut, tenggorokan, kulit, saluran napas, dan sepsis.
c.    Trombositopenia menimbulkan perdarahan kulit, perdarahan mukosa, seperti perdarahan gusi dan epistaksis.
2.    Keadaan hiperkatabolik, yang ditandai oleh:
a.    Kaheksia
b.    Keringat malam
c.    Hiperurikemia yang dapat menimbulkan gout dan gagal ginjal
3.    Infiltrasi ke dalam organ menimbulkan organomegali dan seperti:
a.    Nyeri tulang dan nyeri sternum
b.    Splenomegali atau hepatomegali yang biasanya ringan
c.    Hipertrofi gusi dan infiltrasi kulit.
d.   Sindrom meningeal : sakit kepala, mual, muntah, mata kabur.
Gejala lain yang dapat dijumpai:
Leukostatis terjadi jika leukosit terjadi melebihi 50.000/Ul (Bakta, 2013).
D.    Patofisiologi
Pathogenesis utama AML adalah adanya blockade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel myeloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadinya akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast dalam sumsum tulang akan menyebabkan sindrom kegagalan sumsum tulang yang di tandai dengan adanya sitopenia (anemia, lekopenia dan trombositopenia). Adanay anemia akan menyebabkan pasien mudah leleah dan pada kasus yang lebih berat sesak nafas, trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda pendarahan, sedang adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi. Selain itu sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan berinfilterasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan system syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya (Kurnianda, 2007).
Perbedaan ALL dengan AML menurut Bakta (2013) yaitu:

NO

ALL
AML
1





2




3
Morfologi





Sitokimia
a.       Mieloperok sidase
b.      Sudan black
c.       Esterase non spesifik


Ensim
Serum lysozime
Limfoblast:
·         Kromatin: bergumpal
·         Nukleoli: lebih samar, lebih sedikit
·         Sel pengiring: limfosit


-
-
-


-
Mieloblast:
·         Lebih halus
·         Lebih prominent
·         Lebih banyak (>2)
·         Netrofil


+
+
+


+ (monositik

 
E.     Pathway




                               
 (Kurnianda, 2007).  
F.     Pemeriksaan Penunjang
Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik, seperti berikut:
1.    Darah tepi
a.    Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan timbul cepat.
b.    Leukosit menigkat, tetepi dapat juga normal atau menurun. Sekitar 25% menunjukkan leukosit normal atau menurun, sekitar 50% menunjukkan leukosit meningkat 10.000-100.000/mm, dan 25% meningkat di atas 100.000/mm
c.    Darah tepi: menunjukkan adanya sel muda (meiloblast, promirlosit, limfoblast, monoblast, erythroblast atau megakariosit) yang melebihi 5% dari sel berinti pada darah tepi. Sering di jumpai pseudo pelger-huet anomaly, yaitu netrofil dengan lobus sedikit (dua atau satu) yang di sertai dengan hipo atau agranular.
2.    Sumsum tulang (Trasplantasi sumsum tulang)
Hiperseluler, hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), dengan adanya leukemic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang. Jumlah Blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel pada asupan sumsum tulang).
a.    Merupakan terapi yang memberi harapan penyembuhan,
b.    Efek samping dapat berupa: penemonia intersisial,
c.    Hasil baik jika usia penderita < 40 tahun,
d.   Sekarang lebih sering di berikan dalam bentuk transplantasi sel induk dari darah tepi.
3.    Pemeriksaaan sitogenetik (Pemeriksaan kromosom)
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat di hubungkan dengan prognosis, seperti terlihat pada klasifikasi WHO (Bakta,2013).
G.    Penatalaksanaan
Terapi pengobatan pasien AML menurut Mehta dan Hoffbrand (2008) yaitu:
1.    Fase pertama terapi (remisi-induksi) adalah pengobatan dengan kemoterapi kombinasi intensif dosis tinggi untuk mengurangi atau meneradikasi sel leukemik dari sumsum tulang dan mengembalikan hemopoiesis normal.
2.    Kemoterapi paska induksi: hal ini dapat intensif (kemoterapi “intensifikasi” atau “konsulidasi”) atau kurang intensif (kemoterapi rumatan). Setiap perjalanan pengobatan intensif biasanya memerlukan waktu 4-6 minggu di rumah sakit.
3.    Treanspalntasi sumsum tulang
a.    Merupakan kemoterapi postremisi yang memberi harapan penyembuhan.
b.    Efeksamping dapat berupa: pneumonia interstitial.
c.    Hasil baik jika umur penderita <40 tahun
d.   Sekarang lebih sering di berikan dalam bentuk transplantasi sel induk dari darah tepi.
Terapi untuk leukemia akut (Bakta, 2013), dapat di golongkan menjadi dua, yaitu:
1.    Terapi spesifik: dalam bentuk kemoterapi.
2.    Terapi suportif: untuk mengatasi kegagalan sumsum tulang, baik karena proses leukemia sendiri atau sebagai akibat terapi.
Tiga metode terapi konsulidasi adalah kemoterapi sendiri,transplantasi sumsum tulang autologus, atau transplantasi alogenik dari donor dengan HLA yang identik saat ini nampaknya transplantasi sumsum tulang autologus menunjukkan hasil baik, namun transplantasi alogenik dari donor dengan HLA yang identik masih merupakan yang terbaik untuk kesembuhan (Permono, 2012).
H.    Konsep tumbuh kembang
Konsep tumbuh kembang menurut Allen dan Marotz (2010) menyebutkan bahwa ciri-ciri pertumbuhan anak usia 5 tahun, antara lain:
1.    Pertumbuhan dan ciri-ciri fisik:
a.    Bertambah berat badannya 4 sampai 5 pon (1,8 – 2,3 kg) pertahun; berat badannya rata-rata 38 sampai 45 pon (17,3 – 20,5).
b.    Bertambah tinggi 2 sampai 2,5 inci (5,1 – 6,4 cm) per tahun; tingginya rata-rata 42 sampai 46 inci (106,7 – 116,8 cm).
c.    Rata-rata denyut nadi 90 sampai 110 kali permenit.
d.   Kecepatan pernafasan berkisar dari 20 sampai 30, tergantung pada kegiatan dan keadaan emosi.
e.    Suhu tubuh stabil pada 36,6C – 37,4C (98 sampai 99,4 F)
f.     Ukuran kepala kira-kira hampir sama dengan ukuran orang dewasa.
g.    Proporsi tubuh seperti pada ornag dewasa.
h.    Membutuhkan kuarang lebih 1800 kalori sehari.
i.      Ketajaman penglihatan 20/20 dengan mengunakan tabel mata snelen.
2.    Perkembangan motorik:
a.    Berjalan mundur, melangkah dari tumit ke jari kaki.
b.    Berjalan naik turun tangga tanpa di bantu, dengan kaki melangkah saling bergantian.
c.    Belajar berjugkir balik.
d.   Menyentuh jari kaki tanpa menekuk lututnya.
e.    Belajar melompat dengan menggunakan satu kaki.
f.     Berdiri di atas satu kaki dengan baik selama sepuluh detik.
g.    Menunjukkan pengendalian yang cukup baik pada pensil atau spidol : bisa mulai mewarnai di dalam garis.
3.    Perkembangan perseptual-kognitif
a.    Membentuk segi empat dari dua potongan segitiga.
b.    Melaporkan dan menunjukkan benda dengan dasar dua kategori, misalnya warna dan bentuk.
c.    Menyebutkan benda dengan urutan letak tertentu: pertama kedua terahir.
d.   Memahami konsep lebih banyak/sedikit,
e.    Mengrtahui kegunaan kalender.
I.       Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Handayani (2008).
1.    Data dasar pengkajian pasien
a.    Aktifitas
1)   Gejala:
kelemahan; ketidakmampuan untuk melakukan aktifits biasanya.
2)   Tanda:
kelemahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b.    Sirkulasi
1)   Gejala: palpitasi
2)   Tanda:
Takikardia, mumur jantung
Kulit, membran mukosa pucat
Defisit saraf kranial atau tanda pendarahan serabral.
c.    Eliminasi
1)   Gejala:
Diare: nyeri tekan perinatal
Darah pada urin, penurunan urin
d.   Makanan/Cairan
1)   Gejala:
Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa
Perubahan berat badan
2)   Tanda:
Distensi abnormal, perubahan bunyi usus
Stomatitis, ulkus mulut
Hipertrofi gusi (infilterasi gusi mengindikasikan leukimia monositik akut).
e.    Neurosensori
1)   Gejala:
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi kurang konsentrasi
Pusing; ksemutan
2)   Tanda: otot mudah terangsang, aktifitas kejang.
f.     Nyeri/kenyamanan
1)   Gejala:
Nyei abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi: kram otot
2)   Tanda:
Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.
g.    Pernafasan
1)   Gejala: nafas pendek dengan kerja minimal
2)   Tanda:
Dispepnea, takipnea
Batuk
h.    Keamanan
1)   Gejala:
Riwayat infeksi saat ini
Gangguan penglihatan/kerusakan
Pendarahan spontan tak terkontrol
2)   Tanda:
Demam, infeksi
Kemerahan, pendarahan gusi, atau epitaksis
i.      Seksualitas
Gejala:
1)   Perubahan libido
2)   Perubahan aliran menstruasi
3)   Impoten
j.      Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
1)   Riwayat terpejan pada kimiawi, misal bnzene.
2)   Radiasi berleihan
3)   Pengpbatan kemoterapi sebelumnya,
4)   Gangguan kromosom.
k.    Pemeriksaan diasnotik
1)   Hitung darah lengkap: menunjukakan normositik, anemia normositik.
a)    Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 ml
b)   Retikulosit: jumlah biasanya rendah.
c)    Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
2)   PT/PTT: menunjang.
3)   LDH: mungkin meningkat
4)   Zink serum: menurun
5)   Muramidase sumsum: peningkatan pada leukimia monositik akut dan mielomonositik.
l.      Pioritas keperawatan
1)   Mencegah infeksi selama fase akut penyakit/pengobatan.
2)   Mempertahankan volume sirkulasi darah.
3)   Meghilagkan nyeri
4)   Menigkatkan fungsi fisik optimal.
5)   Memberikan dukungan pesikologis.
6)   Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
m.  Diagnosa keperawatan.
1)   Nyeri akut
Dapat dihubungkan dengan:
a)      Agen fisikal, misalnya: pembesaran organ/ nodus limfe.
b)      Agen kimia, misalnya: pengobatan anti leukemik.
Kemungkinan dibuktiakn oleh:
a)        Keluhan nyeri (tulang, saraf, sakit kepala)
b)        Perilaku berhati-hati/ distraksi, wajah mengkerut, gangguan tonus otot.
Hasil yang diharapkan:
a)        Melaporkan nyeri hilang/ terkintrol.
b)        Menunjukkan perilaku penaganan nyeri.
c)        Tampak rileks dan mampu tidur/ istriahat dengan tepat.
2)   Intoleransi aktifitas
Dapat dihubungkan dengan:
a)        Kelemahan umum, penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolik.
b)        Tidak keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
c)        Pembatasan terapuitik (isolasi/ tirah baring); efek terapi obat.
Kemungkinan di buktikan oleh:
a)        Keluhan verbal kelemahan atau kelelahan.
b)        Ketidaknyamanan
Hasil yang di harapkan:
a)        Laporan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur.
b)        Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan.
3)   Kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Dapat di hubungkan dengan:
a)        Kuarang terpajan pada sumber.
b)        Salah interpretasi informasi/ kurang meningkat.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
a)        Pernyataan msalah/ permintaan informasi.
b)        Pernyataan salah konsepsi.
Hasil yang diharapkan:
a)        Menyatakan pemahaman proses penyaki.
b)        Berpartisipasi dalam program pengobatan.
n.    Intrevensi  dan rasional
Diagnosa I
1)   Slidiki keluhan nyeri. Perhatikan perubahan derajat dan sisi (gunakan sekala 0-10).
Rasional:
Membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi, dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi.
2)   Awasi tanda vital. Perhatikan petunjuk non verbal.
Rasional:
Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.
3)   Berikan lingkungan yang tenag.
Rasional:
Menigkatkan istirahat dan menigkatkan kemampuan koping.
4)   Tempatkan pada posisi nyaman.
Rasional:
Dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang/sendi.
5)   Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, contoh latihan relaksai/ nafas dalam, visualisai; sentuhan terapuitik.
Rasional:
Memudahkan relaksai, terapi farmakologis tambahan, dan menigkatkan kemampuan koping.
Diagnosa II
1)   Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas atau aktifitas sehari-hari.
Rasional:
Evek leukimia, anemia, dan kemoterapi mungkin kumulatif (kususnya selama fase pengobatan akut dan aktif).
2)   Berikan lingkungan tentang dan periode istirahat tanpa gangguan. Dorong istirahat sebelum makan.
Rasional:
Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan.
3)   Implementasikan teknik penghematan energi, contoh lebih baik duduk daripada berdiri. Bantu ambulai/ aktifitas lain sesuai indikasi.
Rasional:
Memaksimalkan sendian energi untuk tugas perawatan diri.
4)   Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut sebelum makan.
Rasional:
Dapat menigkatkan pemasukan dengan menurunkan mual.
5)   Berikan oksigen tambahan.
Rasional:
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk kebutuhan seluler.
Diagnosa III
1)      Kaji ulang patologi bentuk kusus leukimia dan berbagai bentuk pengonatan.
Rasional:

Pengobatan dapat termasuk berbagai obat antineoplastik, radiasi seluruh tubuh atau hati/ limpa, transfusi, dan transplantasi sumsum tulang.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, K Eileen & Marotz, Lynn R. (2010). Profil Perkembangan Anak: Pra Kelahiran hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: PT. Indeks.

Bakta, I Made. (2013). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (10th ed.). Jakarta: EGC.

Handayani,W., & Haribowo, A.S. (2008). .Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Kurnianda, Johan. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit  Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kusuma, Hardhi & Nurarif, Amin Huda. (2012). Handbook for Health Student: Nursing, Midwife, Pharmacy, Docter. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Permono, Bambang. (2012). Buku Ajar Hematologi – Onkologi Anak (4th ed.). Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. (2007). Buku Kuliah 1: ilmu kesehatan anak (11th ed.). Jakarta: Infomedika.

Suriadi & Yuliani, Rita. (2006). Asuhan Keperawatan pada Aanak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wilkinson, Judith M., & Ahern, N.R. (2012). Buku Saku: Diagnosa Keperawatan (9th ed) (Esty Wahyuningsih & Dwi Wdiarti, Penerjemah.). Jakarta: EGC.

No comments:

Post a Comment

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...