Friday, 9 November 2018

Makalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan


TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Teori
1.      Pengertian
            Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang tersebut disadari dan dimengerti penginderaan/ sensasi. Gangguan persepsi : ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal. (Trimelia , 2011).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu ( Maramis, 2005).
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi suara dan semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan). (Fitria, 2009)
Klasifikasikasi halusinasi menurut Kusuma (2010) pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi, salah satunya yaitu halusinasi penglihatan. Halusinasi penglihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.
2.      Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptive                                            Respon Maladaptive

Pikiran Logis
Persepsi Akurat
Emosi Konsisten
Perilaku Sesuai
Hubungan Sosial

Distorsi pikiran
Ilusi
Menarik Diri
Reaksi Emosi
Perilaku tidak biasa

Waham
Halusinasi
Sulit Berespons
Perilaku Disorganisasi
Isolasi Sosial

 




          Gambar 2.1 Rentan Respon Neurobiologis (Kusuma, 2010)
       Menurut Kusuma (2010) dijelaskan Rentang Respon Neurobiologi gangguan persepsi – sensori : halusinasi, yaitu :
a.         Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma - norma
sosial budaya yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif ini antara lain : Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan. Persepsi akurat adalah pandangan yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli.Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran. Hubungan sosial adalah proses suatu interkasi dengan orang lain dan lingkungan.
b.         Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptive ini meliputi : Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah satu persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati. Perilaku tidak teroganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagi sesuatu kecelakaan  yang negative mengancam.
Tingkat intensitas Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi melalui beberapa tahapan menurut Direja (2011), yaitu:
a.    Fase pertama, disebut dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristiknya yaitu klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
b.    Fase kedua, disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristiknya pengalaman sensori menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan.
c.    Fase ketiga, disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa, termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristiknya yaitu suara, bisikan, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
d.   Fase keempat, disebut fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat. Karakteristiknya, halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan.
3.      Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi pada seseorang adalah :
a.    Faktor Predisposisi
1)   Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a)    Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b)   Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c)    Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi. (post-mortem).
2)   Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3)   Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b.    Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan.
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1)   Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2)   Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3)   Sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.



4.      Tanda dan Gejala
Menurut Stuart (2007) beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirtanpa suara, bicara sendiri, pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan pengalaman sensori, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri, perubahan.

5.      Pohon Masalah
Resiko Menciderai Diri Sendiri dan Orang Lain
 

                       Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan         Problem
 

Isolisasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Gambar 2.2Pohon Masalah (Keliat, 2006)

B.     Tinjauan Keperawatan
1.      Pengkajian
       Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar  untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi  perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami. Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
a.         Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi antara lain
1)   Identitas klien dan penanggung jawab
Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, hubungan klien dengan penanggung.
2)      Alasan dirawat
Alasan dirawat tersebut meliputi keluhan utama dan riwayat penyakit yang dialami klien. Keluhan utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang ke rumah sakit dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung klien yang mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi. Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang membuat klien mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3)      Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan yang menyangkut tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu.Pengukuran berat badan, tinggi badan. Kalau ada keluhan fisik dari klien bisa ditulis dipengkajian ini.
4)      Psikososial
Da1am psikososial dicantumkan genogram yang menggambarkan tentang pola interaksi, faktor genetik dalam keluarga berhubungan dengan gangguan jiwa.Selain itu juga dikaji tentang konsep diri, hubungan sosial serta spiritual. Dalam konsep diri data yang umumnya didapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi.
5)      Status mental
Pada status mental didapat data yang sering muncul yaitu motorik menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih, adanya perubahan sensori / persepsi : halusinasi yang terjadi pada klien.
6)      Kebutuhan persiapan pulang
Mencakup hal-hal tentang kesiapan klien untuk pulang atau untuk menjalani perawatan di rumah yaitu makan, bab / bak, mandi, berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah dan aktivitas di luar rumah.
7)      Mekanisme koping
Merupakan mekanisme yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme yang digunakan untuk melindungi diri.
8)      Pengetahuan
Pengetahuan meliputi kurang pengetahuan tentang penyakit  jiwa yang dialami oleh klien, faktor presipitasi, sistem pendukung, koping dan lain-lain.
9)      Aspek medik
Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan terapi medik yang dijalani klien.Serta dicantumkan data hasil laboratoriumnya.
b.         Daftar masalah
Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi adalah
1)   Resiko tinggi prilaku kekerasan.
2)   Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
3)   Kerusakan interaksi sosial - menarik diri.



2.      Diagnosa keperawatan
a.       Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi.
b.      Perubahan persepsi sensori: halusinasi  berhubungan dengan menarik diri.

3.      Intervensi Keperawatan
       Menurut Keliat dalam  (Widodo, 2013) rencana tindakan keperawatan dengan gangguan halusinasi adalah :
a.       Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi.
1)      Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.
2)      Tujuan Khusus
a)      Tujuan Khusus 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Hasil :
Eksprei wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang. Ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapinya.
Intervensi :
(1)   Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
(a)    Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
(b)   Perkenalkan diri dengan sopan
(c)    Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
(d)   Jelaskan tujuan pertemuan
(e)    Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
(f)    Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b)      Tujuan Khusus 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
Kriteria hasil :
(1)   Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya halusinasi.
(2)   Klien dapat mengungkapkan bagaimana perasaannya terhadap halusinasi tersebut.
Intervensi :
(1)   Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
(2)   Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasinya, bicara dan tertawa tanpa stimulus dan memandang ke kiri/ ke kanan/ ke depan seolah – olah ada teman bicara.
(3)   Bantu klien mengenal halusinasinya.
(a)    Jika menemukan klien sedang berhalusinasi tanyakan apakah isi dari halusinasi terebut.
(b)   Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal
tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
(c)    Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien.
(d)   Katakan bahwa perawat atau akan membantu klien.
(2)   Diskusikan dengan klien :
(a)    Situasi yang menimbulkan/ tidak menimbulkan halusinasi (jika sendiri, jengkel, atau sedih).
(b)   Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam; terus – menerus atau sewaktu – waktu).
(3)   Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakannya jika terjadi halusinasi (marah/ takut, sedih, dan senang), beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
c)      Tujuan Khusus 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria Hasil :
(1)     Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
(2)     Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasi.
Intervensi :
(1)     Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
(2)     Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
(3)     Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi:
(a)      Katakan “saya tidak mau melihat kamu, pergi”. (pada saat halusinasi terjadi).
(b)      Menemui orang lain (perawat / teman / anggota keluarga) untuk bersikap cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
(c)       Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak muncul.
(d)      Meminta keluarga / teman / perawat menyapa jika tampak berbicara sendiri.
(e)       Membantu klien memilih dan melatih memutus halusinasi secara bertahap,
(f)       Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
(4)     Anjurkan klien mengikuti aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.
d)     Tujuan Khusus 4 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Kriteria Hasil :
(1)   Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
(2)   Keluarga dapat menyebutkan jenis, dosis, waktu pemberian, manfaat serta efek samping obat.
Intervensi :
(1)   Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah) :
(a)    Gejala halusinasi yang dialami klien.
(b)   Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi (sama seperti yang diajarkan pada klien).
(c)    Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah; beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, jika klien sedang sendirian di rumah, lakukan kontak dengan sering via telepon.
(d)   Beri informasi tentang waktu tindak lanjut (follow up) atau kapan perlu mendapat bantuan; halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain.
(e)    Diskusikan dengan keluarga tentang jenis, dosis, waktu pemberian, manfaat dan efek samping obat.
(f)    Anjurkan keluarga untuk berdiskusi dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat.
(g)   Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa berkonsultasi terkebih dahulu.
e)      Tujuan Khusus 5:Klien dapat menggunakan  obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya.
Kriteria hasil :          
(1)     Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
(2)     Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat.
(3)     Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat benar.
(4)     Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat.
(5)     Klien memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi.
(6)     Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Intervensi :
(1)     Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
(2)     Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi.
(3)     Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b.      Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
1)      Tujuan umum :  Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.

2)      Tujuan khusus
a)      Tujuan khusus 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
(1)   Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terpeutik :
(a)    Sapa klien dengan baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan.
(b)   Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
(c)    Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji.
(d)   Tunjukkan rasa empati dan menerima klien apa adanya,
(e)    Beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan klien.
b)      Tujuan khusus 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal
dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Intervensi :
(1)   Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
(2)   Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
(3)   Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik diri tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
(4)   Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
c)        Tujuan khusus 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
(1)   Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan.
(2)   Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya dengan orang lain.
(3)   Diskusikan bersama dengan klien berhubungan dengan orang lain.
(4)   Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
(5)   Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
(1)   Kaji pengetahuan klien tantang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
(2)   Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
(3)   Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
d)       Tujuan khusus 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara klien, perawat, klien perawat klien, klien perawat keluarga / kelompok / masyarakat.
Intervensi :
(1)   Kaji kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
(2)   Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap klien perawat, klien perawat klien, klein perawat perawat klien, klien keluarga / keluarga / masyarakat.
(3)   Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai, bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
(4)   Diskusikan jadwal keseharian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
(5)   Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan, beri reinforcement atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
e)        Tujuan khusus 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
Intervensi :
(1)   Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
(2)   Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
(3)   Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
f)         Tujuan khusus 6 : Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
(1)   Keluarga dapat menjelaskan perasaannya.
(2)   Menjelaskan cara merawat klien menarik diri
(3)   Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri
(4)   Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.
Intervensi :
(1)   Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak, eksplorasi perasaan keluarga.
(2)   Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat.
(3)   Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
(4)   Anjurkan kepada anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu. Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.

Makalah Asfiksia

LANDASAN TEORI A.     Pengertian Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terl...